Akhir cerita

77.2K 11.6K 1.9K
                                    


Sebelumnya aku mau bilang terimakasih sekali untuk kalian yang sudah bersedia mengikuti kisah JumAdel. Aku seneng banget jujur punya kalian
🙏🏻❤️🙏🏻

Semoga cerita ini bisa selalu dikenang baik di hati maupun di manapun kalian berada
Semoga kalau lihat ojek onlen keinget Si Ajum terus wkwk

Jangan lupa follow ig: @gojack_in_love
Biar enggak ketinggalan info apapun behe

⚠️Untuk pengalaman lebih indah silahkah bacanya sambil dengerin lagu Rayen Pono- I still love you⚠️

Selamat membaca❤️

🚴🏻‍♂️🚴🏻‍♂️🚴🏻‍♂️

"Adel, papa udah hubungi eyang kalau kamu besok kemungkinan sampai di Yogyakarta agak siang."

"Oke," Adel tersenyum, melirik sekilas Rudy yang berdiri di depan pintu kamarnya. "Makasih, Pa."

Rudy mengangguk. "Inget cek lagi jangan sampai ada yang ketinggalan."

"Siap!"

Melihat Adel kembali konsentrasi dengan kegiatannya, Rudy memilih pergi meninggalkan putrinya. Rudy tidak mau mengganggu konsentrasi Adel.

Saat ini Adel sedang sibuk menyiapkan benerapa pakaian yang sekiranya penting untuk di bawa ke Yogyakarta. Adel tidak membawa terlalu banyak barang karena semua sudah tersedia di rumah eyangnya. Di dalam kopernya hanya ada beberapa setelan baju formal, casual, dan baju santai untuk di rumah. Tidak lupa Adel membawa beberapa peralatan make up dan benda lain yang kemungkinan tidak ada di rumah eyangnya.

Tidak terasa sudah berjalan sekitar dua minggu sejak Adel mengajukan surat permohonan mengundurkan diri. Giselle dinyatakan diterima dan menggantikan tugasnya di perusahaan sehingga Adel tidak perlu membuang waktu cukup lama untuk segera pindah ke rumah eyangnya. Memang kuliah baru akan di mulai bulan depan, tetapi Adel memutuskan untuk lebih awal menetap di Yogyakarta.

Sejujurnya, Adel rindu dengan kota kelahirannya itu. Adel rindu jalan-jalan di sekitar Malioboro dengan banyak delman. Rindu menghampiri teman masa kecilnya yang kebetulan masih sering berbincang dengannya melalui pesan singkat. Mencoba kuliner khas Yogyakarta, juga kenangan lain yang tidak bisa Adel temukan di sini.

Adel juga rindu sekali dengan eyangnya. Sudah lama tidak makan oseng mercon legendaris buatan eyangnya itu. Intinya, Adel sangat antusias dengan rencananya melanjutkan kuliah dan tinggal di Yogyakarta.

Setidaknya dengan cara itu Adel dapat sedikit mengalihkan pikirannya dari kenangan yang tidak seharusnya ia rindukan lagi. Berada lama-lama di Jakarta hanya membuat Adel semakin patah hati saja.

Setiap kali harus melewati jalan yang sama, tempat makan yang sama, juga tempat-tempat lain yang pernah Adel kunjungi bersama Jack. Rasanya jadi berat saat mengulang kembali ke tempat-tempat itu sendirian. Tidak ingin semakin berlarut-larut dalam kesedihan, Adel memilih untuk mencari kegiatan lain yang lebih berguna.

Setelah memastikan barang-barangnya lengkap, Adel menutup kopernya dan langsung merebahkan diri di atas ranjang. Meregangkan ototnya yang tegang karena terlalu lama membungkuk.

Adel meraih ponselnya di atas bantal, membuka satu persatu pesan yang masuk. Ada dua pesan dari Bondan, satu pesan dari Fion, lima pesan dari Giselle yang kebanyakan berisi curhatan tentang George, bahkan ada juga pesan dari Nindy- teman di perusahaan dulu yang sering membuat gosip tentangnya- berisi permintaan maaf. Adel tersenyum melihat satu-persatu pesan itu. Adel bingung harus membalas apa karena ia justru jadi sedih. Ia memang paling lemah dengan kata-kata perpisahan. Rasanya berat sekali harus berpisah dari kedua orangtuanya, juga  Bondan dan Fion sahabat setianya. Walau hanya dua tahun, tetap saja itu berat bagi Adel.

Sesuai Titik, Ya?  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang