[extra part.] you're my one and only home.

4.3K 353 145
                                    

[Warn: this chapter will contain a lil bit of matures content. So, please read at your own risk. You've been warn tho!]

"Jungkook pelan-pelan!"

"Apa kau mau aku bermain lembut malam ini?" Jimin mengangguk diantara senyum yang berkali-kali menawan Jungkook dan hatinya. Tanpa aba-aba Jimin menggigit leher Jungkook dibarengi kekehan usil.

"Tidakkah kau berpikir kau telah salah langkah, Jimin?" geraman rendah mengakhiri kalimatnya. Jungkook menubrukkan bibirnya, dengan leluasa bermain di atas bibir Jimin.

"Jungkook! Mm.."

"..Kau tidak suka?"

"Aku ingin pelan-pelan saja. Kau mau mengabulkannya kan? Kau tahu kita sudah lama tidak menikmatinya. Aku ingin seperti ini saja, jangan buru-buru. Hm?" Jungkook memerah diantara napasnya yang memberat. Jimin begitu handal jika sudah bernegosiasi dengan imut begitu.

"Hh, baiklah. Aku akan turuti semua permintaanmu. Memangnya siapa aku sampai menentang baby mochi sepertimu huh?"

Jimin jarang menunjukkan perasaannya bila dia sedang tersipu. Tapi akhir-akhir ini Jimin bisa merasakan ada yang berubah dari dirinya karena Jungkook. Jimin lebih ekspresif dan terbuka. Jungkook mengusap sepanjang pahanya, masih menatapi Jimin yang malu-malu.

"Kira-kira jika dunia ini dapat kita atur sendiri, menurutmu aku bisa memberikanmu berapa anak?"

"A-apa?! Pembahasan apa ini?" Alisnya menyatu, Jimin mengernyit seraya memukul pelan lengan Jungkook. Mukanya merah padam seperti ada yang terbakar dari dalam sana. Tapi pria itu tampak santai seolah kalimatnya tak berarti apa-apa.

"Hanya kepikiran."

"Jungkook, jangan bicara aneh."

"..umur kita tidak terlalu tua untuk gendong bayi kan?"

"J-Jungkook-ah, apa kau serius?"

"Bisakah kita mengadopsi bayi? Kali ini aku ingin anak laki-laki. Aku akan cari yang matanya seperti milikmu. Apa itu memungkinkan?"

"Ahh..Jungkook! J-jangan bicara di tengah-tengah--"

"Kita akan membesarkannya dengan baik. Ya kan? Hah..Jimin? Bagaimana pendapatmu sayang?" Jimin menutup mulutnya dengan kedua tangan, kemudian beralih memeluk Jungkook erat. Tanpa disengaja kuku-kukunya yang lumayan panjang menancap di punggung lebar Jungkook. Jimin ikut meringis mematai ekspresi yang Jungkook buat karenanya.

"M-maaf,"

"Ashh, tidak apa. Jawab saja pertanyaanku,"

"A-aku mau!" Jungkook memperlambat gerakannya, kembali meninggalkan ciuman hangat di bibir Jimin yang sudah seperti candu tak sehat baginya.

"Benarkah? Kau mau? Ini akan lebih sulit, kau pernah mengurus bayi?" Jimin menggeleng tapi dia tersenyum kecil, menyisir rambut Jungkook hingga dahinya terlihat, menambah kesan dominan pada pria yang kini sibuk menciumi lehernya.

"Tapi aku pernah merawat bayinya Jieun noona ketika dia melahirkan tahun lalu. Kau lupa?"

"Oh...ya, tapi seminggu jelas berbeda. Apa kau siap?"

Jungkook-ssi, My Love! [Kookmin] Book IITahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon