[27]. tear up a little more.

3.9K 413 168
                                    

"Papa dan Daddy apa kabar? Hani rindu kalian.."

Hani bersandar frustasi pada kepala ranjangnya. Meski suasana rumah ini jauh berbeda, Hani masih terjebak pada kisah lama. Gadis muda itu tampak tenggelam dalam foto yang memenuhi layar ponselnya. Jungkook, Jimin dan Hani yang menghabiskan liburan musim dingin di Disneyland. Komidi putar yang memantulkan cahaya keemas-emasannya. Tak ketinggalan Mickey Mouse Hat duduk tenang di atas kepala mereka. Hani tidak tahu ternyata momen indah yang mereka rajut bertiga harus dia jadikan kenangan secepat ini.

Tangan lebar Jungkook menangkup gemas kepala Hani, gigi kelincinya mengintip di balik belah bibir. Sedangkan Hani memasang wajah datar secara sengaja. Sementara Jimin merengkuh tubuhnya dan tertawa lebar membuat matanya yang terlahir sipit semakin menghilang.

Hani ingin kembali ke masa itu. Hani ingin berada di tengah-tengah Jimin dan Jungkook meski banyak mulut jahat yang menggetarkan langkahnya. Hani ingin tetap menjadi bagian dari orangtua yang selama ini jadi malaikat pelindungnya, keajaiban di dunianya. Tetapi kini gadis itu tidak lagi mendapatkan informasi soal keadaan Jungkook. Bahkan Jimin memutuskan komunikasi dengannya.

"Apa kalian sudah melupakanku?" Secepat air matanya tumpah, secepat itu pula Hani mengendalikan dirinya. Tangannya naik mengucek-ucek matanya yang berembun.

"Ah..apa yang aku bicarakan! Papa dan Daddy tidak mungkin lupa!"

💫

"Kenapa perasaanku tidak enak begini? Hh, Hani..aku harusnya menghubungi Hani. Maaf Hani, Papa tidak ingin mendengarmu menangis lagi." Jimin meremas bajunya di bagian dada. Jantungnya berdentum menyakitkan, sementara perutnya berputar aneh.

"Hh, tenang Jimin.." Pintu mendadak terbuka menampilkan Jungkook yang mematainya dengan senyum kecil dan tanpa izin menarik Jimin yang terkejut untuk masuk lalu menutup pintu.

"Apa yang kau lakukan di depan pintu seperti itu?"katanya penasaran.

"Eh..tidak tahu," Jungkook mengernyit, meski menjadi tanda tanya besar untuknya, Jungkook tidak bisa apa-apa. Pasti Jimin punya banyak pikiran. Mungkin Jungkook tidak perlu menanyakannya lagi.

"Oh ya, sudah minum obatmu?" Bahkan Jimin mengalihkan topik. Jungkook mengangguk seraya memperbaiki poni sang pujaan hati.

Sejak dua hari yang lalu, Jimin kembali mengemban tugasnya sebagai dokter. Tentu saja sebelum memutuskan, hal pertama yang dia lakukan adalah meminta pendapat Jungkook. Dan Jungkook tidaklah keberatan dengan Jimin yang meninggalkannya asalkan Jimin masih mengunjunginya di sela-sela kesibukannya walau sebentar saja. Bahkan Jungkook sudah kembali mandiri dan mengerjakan semua kebutuhannya sendiri.

"Jadwal istirahatmu akan habis sebentar lagi?"

"Hm, aku tidak bisa lama-lama. Maaf--"

"Kenapa minta maaf? Kau masih harus bekerja, jangan memperlakukanku seperti beban begitu. Kau melukaiku.."ujar Jungkook terus terang seraya memeluknya dari belakang, menempatkan dagunya di kepala Jimin. Tubuh mereka bergerak berirama seolah-olah ada musik klasik yang mengiringi.

"Bukan begitu. Aku tidak berpikir begitu. Tapi Terimakasih sudah mengerti,"

"Tentu saja tidak gratis." Si mungil terkekeh geli ketika hidung Jungkook menyapa dan bermain-main di sekitar tengkuknya.

"Haha, Kook! Jangan!" Jimin pikir Jungkook akan mendengarkannya karena pria itu berhenti, namun detik berikutnya Jungkook malah nekat menggigit leher Jimin yang terbuka.

Jungkook-ssi, My Love! [Kookmin] Book IIWhere stories live. Discover now