[25]. never ending nightmares.

3.8K 487 288
                                    

[Biar kalian bisa kenyang, aku kasih asupan yang lumayan panjang. Take your time bebé. Purple you!💜]

Dingin yang merantai tubuhnya hanyalah satu dari dua alasan yang membangunkan Jimin saat bulan merajai puncak langit. Di samping itu, mendengar namanya dielu-elukan, terselip diantara suara tangis merupakan hal yang jarang terjadi. Jimin susah payah menegakkan badannya yang kelelahan. Perlahan-lahan beradaptasi terhadap minimnya pencahayaan.

Betapa terkejutnya Jimin mendapati dirinya terbangun di kasur rawat yang seharusnya milik Jungkook. Sementara posisi yang sempat Jimin tempati, kini malah diisi oleh Jungkook.

Benaknya menjerit-jerit penasaran sekaligus bingung. Ditelitinya kelopak mata Jungkook masih terkunci menandakan sang empu masih terlelap. Namun bagian yang mengusik Jimin adalah aliran yang membentuk sungai kecil di pipi si bongsor.

Selain itu Jimin bisa mendengar dengan jelas desah napas Jungkook yang berantakan. Sebelah tangannya berada di cengkraman pria itu. Maka cepat-cepat Jimin goyangkan bahu lebar Jungkook dengan tangannya yang lain.

"Jungkook? Jeon Jungkook!"

".."

💫

"Kau selalu melakukan ini padaku, Jungkook. Kau hanya bermain-main?"

"Bukan! Jimin, dengarkan aku. Aku tidak pernah berpikir--"

"Kalau kau mencintaiku, kau tidak akan bertingkah seperti ini. Kau senang saat aku merasa bersalah kan?"

"Kenapa kau berkata seperti itu?! Sama sekali bukan begitu!"

"Coba jujur pada dirimu, Jungkook-ah. Karena aku sudah lelah mendengar semua omong kosong yang kau bicarakan."

"Apa kau bilang?"

"...aku menyesal."

"Kau menyesal?"

"Ya, aku menyesal menuruti kata hatiku untuk tetap bertahan denganmu."

Grebh.

"Baiklah, kau bisa berpikir apapun tentangku tapi jangan coba-coba pergi, Jimin."

"Lepaskan aku,"

"Tidak! Aku tidak mau!"

"Kau tidak mencintaiku, kau harus melepaskanku."

"Tidak akan pernah."

"Jungkook! Biarkan aku pergi, kumohon."

"Tidak boleh. Kenapa kau selalu membuatnya berakhir seperti ini?"

"Kau tahu, cepat atau lambat kita tidak akan bisa mempertahankan semuanya. Jangan egois, Jungkook." Jimin menggerakkan tangan yang lebih besar agar segera lepas dari tubuhnya. Jungkook menggeram tertahan. Matanya memerah.

"Jimin, kau salah."

"Terserah, lagipula kau tidak mencintaiku,"

"Hentikan."

"Aku ingin pergi, Jungkook."

"Tidak! Tidak bisa?!" Jungkook menangkup kepalanya frustasi, tatap hampa mengarungi langkah kaki yang semakin jauh dan tak lagi bisa dijangkau olehnya. Tubuhnya gemetaran, kaki yang tadinya kokoh seketika berubah lunglai.

Jungkook-ssi, My Love! [Kookmin] Book IIWhere stories live. Discover now