[26.] my big boy peterpan.

4K 442 216
                                    

Semenjak berbaikan Jungkook benar-benar bertingkah sensitif dan manja. Menyusahkan. Jimin dibuat kesusahan karena pria berbadan kekar yang sesekali bisa tampak sangar itu malah gampang tersentil hatinya.

Setidaknya Namjoon memberikan kabar baik soal peningkatan kondisi Jungkook yang telah melewati masa-masa terburuk, titik-titik terendah dari depresinya. Jimin bersyukur tanpa henti setelah mendengar berita bahagia itu.

Namun bagaimanapun, Jungkook masih butuh banyak waktu, terapi dan konsultasi juga sesi penyembuhan bersama Jimin agar benar-benar pulih dan dapat keluar dari Rumah Sakit. Oleh sebab itu pula Jimin sebisa mungkin menghindari topik soal Hani.

Jimin dituntut bijak dan sabar menghadapinya. Mengamati Jungkook yang mulai bersikap menyebalkan membuatnya sering naik pitam. Walau terdengar berlebihan, Jungkook selalu punya cara tersendiri untuk memancing rasa kesalnya. Tidak perlu jauh-jauh, saat ini adalah contoh yang paling tepat bagaimana pria itu menguji kesabarannya yang telah berada di ambang batas.

"Jungkook--"

"Tidak mau."

"Jungkook-ah, makan sedikit saja. Hm?"

"Aku sedang tidak lapar." bibir bawahnya menantang maju, terkesan mengambek. Jimin mendesah jengah, bola mata berputar lelah. Jimin telah menghabiskan berbagai cara agar Jungkook bersedia membuka mulutnya namun Jimin malah dibuat usap dada setiap mendengarkannya.

"Tapi kau harus makan."

"Pahit, sayang.."

"Pahit? Benarkah?" Alisnya bertaut curiga, Jimin mencuri satu suapan ke dalam mulutnya untuk menyecap rasa. Tidak ada yang aneh, dia membatin. Dan Jungkook terkekeh menyadarkannya bahwa dia telah jatuh dalam perangkap Jungkook. Jimin mendelik, berusaha menguliti Jungkook hidup-hidup.

"Dasar pembohong! Cepat makan!"

"Tapi aku tidak suka. Aku hanya mau makan masakanmu,"

"Astaga, alasan macam apa! Pulang saja aku tidak bisa. Kau bahkan marah saat aku tinggal ke kamar mandi. Ayo cepat makan!" Jungkook ikut-ikutan mendongkol dengan nada yang Jimin gunakan, maka dia kembali mengabaikan Jimin yang bisa dipastikan akan murka.

"Jungkook! Makan!"

"Kenapa marah-marah? Aku tidak mau! Aku tidak akan makan?!"

"Jadi kau mau apa? Kau lebih suka jika suster saja yang mengurusmu?"

Ekspresi terkejut yang tumpah di wajah sempurna Jungkook kian menjadi pertanda. Matanya mendelik tajam sementara Jimin tertegun mencerna kembali apa yang baru saja keluar dari mulutnya. Kurang lebih menyesali kalimat jahat bagi Jungkook yang mendengarnya. Benaknya berbisik membenarkan bahwa sikap Jungkook sukses menguras habis emosinya, membuatnya lelah, gerah serta gelisah, tapi Jimin juga seharusnya tidak bicara sembarangan mengingat suasana hati sang suami.

"Kenapa? Kau tidak mau mengurusku lagi, begitu?" nadanya naik, Jimin buru-buru meletakkan nampan yang ditempati semangkuk bubur dan satu gelas berisi air mineral. Kursinya digeser semakin dekat ke arah Jungkook.

"Bukan. Bukan begitu, Jungkook."

"Lalu kenapa? Mau bilang kau lelah denganku?.."

Jungkook-ssi, My Love! [Kookmin] Book IIWhere stories live. Discover now