[6]. crashing down.

4.3K 564 153
                                    

"Sayang..apa yang kau lakukan di dalam sana? Kenapa lama sekali?"

"Tidak usah khawatir," Jimin menoleh lalu mengibas-ngibaskan tangan di depan dada. Memberi isyarat bahwa tak ada apa-apa. Tapi Jungkook terlihat belum puas. Menahan bahu Jimin ketika pria mungil itu hendak melanjutkan gerak kakinya.

"Kenapa juga aku tidak boleh ikut?"

"Agar kau tidak heboh. Aku hanya menyentil keningnya kok.."

"Benarkah? Kau hanya melakukan itu?"

"Mm..tidak juga sih."

"Jimin!"

"Aku cuma bercanda dengannya tapi dia sepertinya tidak suka sampai melihatku seperti kriminal." Kelopak matanya berkedip-kedip polos. Jungkook menjadi lebih curiga daripada sebelumnya.

"Jimin-ah..katakan padaku kalau kau tidak berbuat aneh. Hani bisa dituntut kalau kau tidak hati-hati Jimin!"

"Tenang saja, dia sudah setuju untuk berdamai."

"Uh? Benarkah? Secepat itu?"

"Hmm.."

Jimin berdehem cukup lama sembari menghentak-hentakkan sebelah kakinya semangat, jari telunjuk sesekali mengetuk dagu, sementara manik mata bergerak kanan-kiri kemudian mematai yang tinggi. Senyum aneh didampingi satu kedipan mata membuat Jungkook mendadak meremang.

"Jimin-ah, kau..tidak mengancamnya kan?"

"Mm, ya aku cuma menakut-nakutinya sedikit. Hehe, dia imut juga."

"Sayang.."

"Tidak apa, Jungkook. Aku tidak akan menyakitinya. Lagipula dia tetap anak-anak. ini cuma untuk berjaga-jaga."

"Huft. Terserahmu, tapi aku tidak akan memaafkanmu kalau sampai terjadi sesuatu padamu, ataupun Hani."

"Dimengerti, Pak."

"Jimin!"

"Hehe, ayo pulang. Oh kita harus mampir ke toko kue. Hani pasti akan senang.."lengan si mungil menyelusup, menggandeng miliknya begitu semangat. Namun Jimin terpaksa berhenti sebab Jungkook tak juga beranjak dari tempat awal dia berpijak.

"Mm, Jimin-ah..sayangnya aku tidak bisa. Kau tidak masalah pulang sendiri kan? Aku ada jadwal setengah jam lagi."

"Eh? Kau bilang hari ini--"

"Aku baru saja dihubungi. Tidak akan lama. Makan malam aku pastikan sudah sampai di rumah."

"Ya..mau bagaimana lagi?"sorot matanya tampak bersalah, Jungkook menangkup kepala Jimin lembut.

"Tidak apa, sayang?"

"Jangan khawatir. Aku bukan anak kecil, Jungkook."

"Setelah kau bicara begitu, aku jadi makin cemas. Aku antar saja ya?"

"Ck, tidak. Pergilah! Aku bisa pesan taksi atau bahkan naik bus jika aku mau. Hush, hush!"dadanya didorong lembut. Jimin tersenyum meyakinkan hingga Jungkook dilema. Merasa semakin tak rela bila saja harus melepas pandangan darinya. Seolah-olah bila dia menoleh ke arah lain sedetik saja, Jimin akan hilang.

Jungkook-ssi, My Love! [Kookmin] Book IIDonde viven las historias. Descúbrelo ahora