[24.] fated to love you.

3.5K 466 221
                                    

Pria itu terbangun hanya untuk mendapati ruang kosong, dingin dan hampa tanpa keberadaan si mungil. Hari yang berbeda, mimpi buruk yang sama. Jimin selalu hadir di setiap malam dalam tidurnya. Jungkook kesulitan menerima udara dan terengah-engah memuntahkan oksigen agar keluar dari paru-parunya.

Alisnya bertemu, kening membentuk kerutan yang terbingkai pada garis wajahnya. Menambah kesan dewasa dan matang di usianya yang tak lagi muda. Jungkook melirik tirai jendela yang belum disingkap sebagaimana setiap pagi menyapa.

"Jimin..?"

Gumpalan emosi hendak menghanyutkannya secara paksa. Menggerayangi sekujur tubuhnya hanya untuk menarik Jungkook ke dalam lautan tak berdasar.

Perutnya teraduk-aduk. Perasaan ini, perasaan yang tidak asing setiap kali Jimin hilang dari sekitarannya. Jungkook bangkit, menelisik semua sudut tanpa terkecuali, namun nihil.

Tapak kakinya kehilangan arah, Jungkook bolak-balik seperti orang bodoh. Manik matanya berkeliaran ke segala penjuru ruangan. Dengan kalut Jungkook menyerukan nama Jimin dari belah bibirnya yang bergetar.

"JIMIN?! JIMIN-AH?"

Cklek.

Seseorang muncul dari balik pintu berhiaskan gagang berwarna senada. Cepat-cepat Jungkook mengalihkan pandangannya. Bahunya merosot, betapa kecewanya Jungkook saat mengetahui bukan Jimin lah yang datang menemuinya.

"Jungkook? Kau sudah bangun?" ujarnya dengan ekspresi khawatir. Hoseok. Bukan Jimin. Kenapa bukan Jimin? Hati kecilnya bertanya-tanya.

Alur demi alur dengan akhir yang buruk merayap membunuhnya secara perlahan. Otaknya bekerja terlalu keras memikirkan kemungkinan dimana suami mungilnya berada. Hoseok mencoba membimbingnya agar duduk dan bicara baik-baik tapi Jungkook menolak.

"Hyung..Jimin? Dimana Jimin?" nadanya naik satu oktaf, terdengar begitu menuntut dan putus asa di saat yang bersamaan.

"Jimin tidak disini.."

"A-apa?"

"Saat ini Jimin pergi--"

"Tidak mungkin! Apa maksudmu pergi? Kau pasti bohong!"

Lagi-lagi Jungkook kehilangan kontrol. Tangannya terkepal kuat, sekujur tubuhnya bergetar. Jungkook menutup mata, menarik rakus udara lewat jalur pernapasannya susah payah. Berharap dia terjebak dalam satu dari seribu mimpi buruknya.

Belum genap satu menit, tubuh Jungkook melakukan perlawanan. Sesak di dadanya berlipat ganda. Jantungnya seperti ditimpa benda berat tak kasat mata. Jungkook mengerjap, bukan mimpi. Tatapnya berubah kosong, sementara wajahnya dingin dan hampa.

"Jungkook-ah, tenangkan dirimu. Tolong bernapaslah." Hoseok berkata panik, segera menghubungi Namjoon yang tak berapa lama memasuki ruang rawat Jungkook tergesa-gesa.

"Namjoon hyung..dimana Jimin? Katakan. Aku harus tahu."

"Hei, kau harus tenang lebih dulu."

"Berhenti bicara omong kosong! Jawab pertanyaanku?!"

"Jungkook! jika kau masih belum dapat mengolah emosimu..aku tidak akan mengizinkan Jimin untuk bertemu denganmu dan ikut andil sama sekali."

Jungkook-ssi, My Love! [Kookmin] Book IIजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें