[7]. tell me boo.

3.8K 564 124
                                    

"Jeon Jimin.."

"..."

Pintu kamar mandi akhirnya terbuka membawa Jimin kembali ke ruangan yang sama dengannya. Perasaan Jungkook semakin tak karuan mengingat kebiasaan Jimin yang tak begitu peduli bila berganti pakaian di depannya, kini sudah berbalutkan kaos berbeda dari yang sebelumnya. Dan bukan kaos milik Jungkook seperti biasanya.

Tak sampai di sana, tanpa repot-repot menoleh, Jimin dengan cepat berpindah menuju balkon. Memunggungi Jungkook yang berusaha mendekat dan mencari tahu apa yang sedang dia alami. Tapi tidak akan mungkin, karena Jimin belum benar-benar siap untuk itu.

"Sayang?"

Bahunya berjengit saat sentuhan dari Jungkook jatuh lagi di atas kulitnya yang telah berbalutkan piyama. Garis rahang sang dominan semakin jelas. Terlukis kerutan dalam yang menyambangi kening Jungkook.

"Kau mengabaikanku?"

"Pergilah Jung--"

"Jimin-ah..apa lagi sekarang? Apa aku melakukan kesalahan? Kau marah karena aku meninggalkanmu di sana? Kita bisa bicara--"

"Kumohon..biarkan aku sendiri,"

"Jimin!"

"Aku minta tolong..tinggalkan aku sendiri,"

"Aku tidak mau melihatmu seperti ini, Jimin. Bisakah kau bicara?"

"..."

"Hh, baiklah. Hanya kali ini saja aku akan membiarkanmu. Besok kita bicara, kau dengar?"

Tak ada anggukan atau secuil pun jawaban untuknya. Jungkook menghembuskan napas dengan berat. Hatinya surut menyaksikan mimik wajah Jimin terbingkai dalam suasana muram. Setelah kepergian Jungkook, pria yang berprofesi sebagai dokter itu terduduk di atas kursi kayu yang terletak di sudut balkon bernuansa abu-abu tersebut.

Udara malam tak cukup mematahkan keinginannya agar beranjak dari dunia luar. Mematai langit, bintang satu-satu bertebar acak di langit malam yang bersih dari gumpalan awan. Warna hitam pekat jadi latar belakang yang membius matanya untuk terus menyapu ke segala arah yang memancar cahaya.

Jimin menekan bibirnya ke dalam, membentuk garis lurus. Jantung berdetak tak tentu. Ada yang ngilu di dalam sana. Ada yang akan benar-benar retak bila dia membiarkannya lebih lama. Jimin bimbang dengan pilihannya kali ini.

"Siapa yang harus kupercaya?"bisikan terdengar hilang gairah, Jimin tidak ingin menitikkan air mata karena menurutnya perihal ini tidak pantas mengusik hatinya. Tapi siapa Jimin yang bisa mengontrol hati sesuai keinginannya? Tentu saja dia kalah.

"A-aku..aku bahkan tidak sanggup melihat wajah Jungkook dan bersikap biasa saja. Hh, berhenti berpikir buruk Jimin. Bisa saja dia cuma mengarang cerita. Dia hanya cemburu pada pernikahanku dan Jungkook."

"Kenapa Yeri mengatakan itu sekarang? Jungkook menyuruhnya untuk aborsi? Apa itu masuk akal? Tapi Jungkook pernah bilang bahwa dia tidak suka anak-anak. Arghhh?!"

"Mereka juga pernah berhubungan. Dan lagi wanita itu lebih dulu mengenal Jungkook. Apa aku sungguh ketinggalan sesuatu?"

"Jimin.."tiba-tiba suara Jungkook menginterupsi gumaman rendah yang sesekali melantun lemah. Tak dapat didengar siapapun kecuali dirinya. Sementara sang dominan kembali berusaha mendekat namun si mungil membawa tangannya untuk terangkat, memberi isyarat agar Jungkook tetap di tempat.

Jungkook-ssi, My Love! [Kookmin] Book IIWhere stories live. Discover now