Sang Penakluk

83.3K 12.1K 5.5K
                                    

Anjay 2000 komen udah kek kesedak doang ye sipill. JUMPERS MAH NO KALENG KALENG!!

Nihh sesuai janji aku update lagee

2000 vote + 3000 komentar untuk part selanjutnya bisa??

Kadang niatnya tuh kasih tantangan bukan karena sider tp buat dorongan authornya biar gak males ngetik

Ehh kaliannya cepet bat anjai bantai abis tantangannya😂😂 jd ketar-ketir sendiri asli!

Oke selamat membaca.

Inget pegangan takut ambyar wkwk

🚴🏻‍♂️🚴🏻‍♂️🚴🏻‍♂️

"Kak Adel," Pelita menepuk pelan lengan Adel. "Mas Zeno datang."

Adel yang sedang berbicara serius dengan karyawan tokonya jadi menoleh ke arah Pelita menunjukkan tangannya. Saat ini Adel dan sekretarisnya seperti biasa sedang mengunjungi salah satu cabang tokonya yang berada di Mall. Kening Adel berkerut melihat seorang pria dengan setelan jas lengkap berdiri di depan tokonya. Zeno adalah pemilik mall ini, tidak heran jika Adel cukup mengenal pria itu. Hanya saja yang membuat Adel heran adalah pria itu sering sekali mengunjungi tokonya padahal biasanya pria itu enggan untuk turun tangan langsung mengamati setiap toko di mallnya.

"Sebentar," pamit Adel pada karyawannya.

Senyuman Zeno merekah saat melihat Adel berjalan ke arahnya.

"Sudah lama saya enggak lihat kamu," ucap Zeno.

Adel tersenyum tipis. "Lagi sibuk banget berapa hari ini."

Zeno mengangguk mengerti, pria itu melirik sekilas jam tangannya. "Sekarang sudah jam dua belas siang,kamu enggak berniat makan siang?"

"Saya sudah makan," Adel tersenyum.

Bohong lagi.

Entah sudah berapa kali Adel selalu berbohong pada semua pria yang berniat mengajaknya makan siang. Tidak munafik, banyak sekali pria yang setahun belakangan ini berusaha mendapatkan hati Adel. Mulai dari tiba-tiba mengirimkan bunga ke rumah, sampai cara klasik seperti yang dilakukan Zeno. Dan hampir semuanya Adel tolak mentah-mentah. Bukannya berniat sok cantik, Adel hanya malas berurusan dengan pria. Sudah cukup terakhir kali ia terluka karena seorang pria dan kesalnya pria itu muncul lagi kemarin.

Bisa kita bicarakan perubahan kontraknya berdua saja?

Bukannya mempedulikan ekspresi kecewa Zeno, Adel malah kembali teringat ucapan Jack saat pertemuan mereka kemarin. Gara-gara itu, Adel jadi harus menggunakan concealer untuk memudarkan kantung matanya yang menghitam karena baru bisa tidur jam lima pagi. Setelah tiga tahun tidak bertemu, sekalinya datang pria itu membawa bom nuklir. Meledakkan tembok kokoh yang sudah ia bangun cukup lama.

Alih-alih memperlihatkan perasaannya yang goyah, Adel justru sengaja bersikap jutek. Adel ingin Jack tahu dirinya tidak semudah itu untuk kembali. Setelah pria itu memilih melepaskannya dulu? Jangan harap semuanya kembali dengan sangat mudah. Meski di dalam hati kecilnya masih menyimpan harapan pria itu akan terus memperjuangannya. Adel ingin sekali saja diperjuangkan dengan sungguh-sungguh tidak seperti dulu.

Adel juga masih bingung dengan sikap Jack. Dulu saat ia hendak pergi, pria itu sama sekali tidak menahan. Adel tahu saat itu Jack mungkin tidak bisa mengejarnya karena Dimas. Lalu, apa bedanya dengan sekarang? Dimas masih ada dan Jack justru kembali jadi tukang gas setelah sempat pensiun menjadi tukang rem.

Sesuai Titik, Ya?  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang