58. Kenapa Sekarang?

11.2K 519 133
                                    

Bagian 58
Selamat Membaca

Dah siap? Yuk baca yuk!!!

Playlist: Saat Kau Pergi-BCL

“Lo mau mati apa gimana sih, Rel?” pekik Zahra yang sudah ketakutan karena Darrel mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Darrel enggan membalas, malah justru ia menambah kecepatan mobilnya. Zahra sampai geleng-geleng kepala sembari komat-kamit membaca do’a agar tetap selamat.

“Nih orang emang nggak kapok habis kecelakaan. Gue belum kawin Rel!!” seru Zahra heboh.

Bacot banget sih lo?” ketus Darrel tak peduli.

Akhirnya mereka saling diam. Terlebih Maya hanya diam saja dari tadi, enggan ikut berdebat dengan Darrel dan Zahra.

Darrel tak henti-hentinya menekan klakson berkali-kali saat jalanan yang mereka lewati cukup padat pengendara lain.

Berkali-kali juga Darrel memukul keras stir mobilnya. “Shit!”

Entah berapa kali Darrel mengumpat dengan kata-kata kasarnya. Pikirannya sudah kalang kabut memikirkan hal buruk yang akan menimpanya kalau ia sampai kehilangan Key.

Bukan masalah kehilangan. Darrel merasa sepenuhnya bersalah dan menyesal jika saja ia belum sempat mengucap kata maaf dan Key sudah terlanjur pergi. Bukankah dia akan sepenuhnya jadi manusia brengsek?

***

“Hati-hati, ya. Nanti di sana di jemput Om Rendy.” Ucap Vito memberi tau.

Key mengangguk, tinggal menghitung menit, ia akan berangkat ke London. Key menghembuskan napas beratnya.

“Libur semester nanti, Nayla nyusul Kak.” Ucap Nayla. Key mengangguk mengiyakan. Rasanya ia hilang gairah untuk menggoda Nayla seperti biasanya.

Key selesai berpamitan dengan orang tua dan adiknya. Ia berbalik badan lalu menatap teman-temannya.

“Gue bakal kangen banget sama lo.” Ucap Fara langsung berhambur memeluk key erat-erat. Air matanya sudah jatuh sejak tadi.

Key mengusap-usap punggung Fara. “Kayak nggak bakal ketemu lagi aja.” Cibir Key.

“Udahlah. Di tolak Reno aja kuat, masa gini doang nangis sih?” celetuk Key.

Fara melepas pelukannya lalu memukul lengan Key. “Sialan lo.” Ucapnya sembari mengusap hidungnya.

“Tau tuh. Mana pakai acara peluk-peluk lagi. Kan jadi pengen.” Timpal Niko langsung membuka tangannya lebar-lebar.

Key segera menghindar, sembunyi di balik tubuh Fara. “Makan tuh di tolak.” Ejek Fara.

Niko mendengus kesal. “Daripada nganggur, gimana kalau lo aja yang gue peluk.” Ucap Niko memberi penawaran.

“Najis!”

Key terkekeh lalu berpamitan dengan teman-teman lainnya. Setelah Fara adalah Seam.

Key berdiri di depan Seam. “Gue pamit dulu.” Ucapnya dengan mendongak menatap Seam.

Seam mengangguk, tangannya yang tadi berada di dalam saku celana, kini teruluur mengusap pucuk kepala Key. “Hati-hati.”

Seam menundukkan kepalanya, lalu berbisik di depan telinga Key. “Gue siap nunggu lo.”

Key terkikik mendengarnya, lalu memukul dada Seam pelan. “Jangan nunggu yang nggak pasti. Kejar yang perlu di kejar dulu.” Balas Key tak kalah berbisik.

My KeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang