39. Mau Membantu

4.5K 278 13
                                    

Bagian 39
Selamat Membaca

Gagal lagi.

Sakit lagi.

Itulah yang terus bersemayam di hati dan pikiran Key. Ia sedang duduk di taksi online dengan perasaan yang tidak karuan saat itu. Matanya terus menatap kearah jendela. Menatap jalannan dan berharap bebannya bisa ikut tertinggal seiring taksi itu berjalan.

Sekitar dua puluh menit, Key sudah sampai di rumah. Ia turun dari mobil setelah membayar pada sang supir.

Key berjalan lemas masuk kedalam rumahnya. Sampai-sampai ia tak menyadari kalau seseorang tengah memperhatikannya sejak ia melangkahkan kaki dari balik pintu.

“Udah selesai belanja nya?”

Langkah Key terhenti saat mendengar suara berat itu. Tentu saja ia sangat mengenali suara itu. Siapa lagi kalau bukan Reno.

Reno berdiri lalu melangkahkan kakinya menghampiri Key yang masih diam di tempatnya semula.

“Lo udah lama disini?” tanya Key kikuk.

“Sejak gue telepon lo, dan lo bohongin gue. Lagi.” Ucapnya dengan jeda di akhir kalimat.

Key baru sadar kalau Mamanya tidak pergi ke kantor siang tadi. Tentu saja Reno sudah bertemu dengan Mamanya dan jelas kebohongan Key langsung terbongkar.

Key enggan menjawab. Bagaimanapun dan apapun alasannya, berbohong tidak pernah bisa di benarkan.

Reno berdiri di depan Key. Menundukkan tubuhnya agar sejajar dengan Key. “Sampai kapan lo mau sembunyi-sembunyi dari gue?” tanya Reno.

Key masih saja diam. Satu lagi masalah datang di saat yang tidak tepat.

“Kalau lo cerita, gue bisa bantu lo, Key.” Reno berucap tulus.

Key mendongakkan pandangannya, menatap Reno. “Lo tau?” tanya Key dengan hati-hati.

“Gue juga mau lihat lo balik bahagia kaya dulu, Key. Meskipun lo tau kalau gue sayang sama lo. Tapi gue nggak se-brengsek itu yang egois mentingin perasaan gue sendiri.” Bukannya menjawab pertanyaan Key, Reno malah justru melanjutkan ucapannya tadi.

Key diam, saat itu juga ia ingin menangis sekencang-kencangnya. Ucapan Reno berhasil menyadarkannya bahwa selama Darrel pergi, bahagianya hanyalah kepalsuan belaka. Hambar.

Key memang tak pandai dalam hal menahan air mata. Saat itu juga air matanya mulai menetes membasahi pipinya. Hidungnya memerah karena ia berusaha meredam suaranya.

Reno mengusap wajahnya gusar. Bisa dibilang, kelemahannya adalah melihat Key menangis. Reno segera menarik Key dan merengkuhnya dalam pelukannya. Biar saja Key menumpahkan air matanya sebanyak-banyaknya di baju yang ia kenakan.

Tangannya terulur mengusap rambut Key. “Kalau hari ini gagal, nanti coba lagi.” Tuturnya membuat Key yang tadinya hilang harapan menjadi kembali mendapat celah untuk mendapat sebuah kemungkinan.

Key melepas pelukan Reno perlahan. Ia mengusap jejak-jejak air matanya. “Lo mau bantuin gue?” tanya Key, kepalanya mendongak agar bisa menatap Reno.

Reno mengulas senyum lalu mengangguk mengiyakan, sembari tangannya ikut mengusap pipi Key yang masih basah.

Bohong kalau Reno tidak sakit. Tentu lebih sakit daripada saat dulu mengetahui Key sebagai kekasih Darrel.

Percayalah, merelakan orang yang disayang untuk kembali dengan orang lain adalah hal bodoh yang di-agungkan.

***

My KeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang