46. Satu Malam Indah

5K 310 21
                                    

Bagian 46

Selamat Membaca


"Emang ya, kalau ketemu lo tuh gue sial mulu."

Key melirik Reksa kesal. "Lo yang nabrak gue!"

Reksa malah terlihat acuh. Bukannya meminta maaf karena telah menabrak orang.

Mereka berdua saling diam. Celingak-celinguk seperti sedang mencari sesuatu. Sampai keduanya bertemu dalam satu titik pandang.

"Lo-"

Mereka kembali diam setelah tak sengaja berucap secara bersamaan.

Mereka saling memalingkan wajah. Menetralkan perasaan masing-masing. Reksa berdeham sejenak, "Lo duluan." Ucapnya kikuk.

Key menoleh pelan, ia enggan menatap Reksa. "Lo ngapain disini?" akhirnya Key bisa bertanya dengan lancar.

Reksa menunduk menatap Key. "Harusnya gue yang nanya. Ngapain cewek jam segini ada di tempat kayak gini?"

Key mengusap tengkuknya pelan. "Eum, gue nyasar." Jawabnya pelan.

Reksa menaikkan satu alisnya. Sebenarnya ia juga tersesat disana. Karena tadi dia keluar vila untuk mencari angin, namun entah kenapa langkah kakinya membawanya ke tempat asing itu. Sialnya ia tidak membawa ponselnya.

Kenapa bisa se-kebetulan itu? Ia terus-terusan di pertemukan dengan gadis itu. Anehnya, bukannya panik karrena ia sedang tersesat, Reksa justru merasa sedikit senang. Entah faktor apa. Ia rasa sepulangnya dari tempat itu nanti ia harus memeriksakan dirinya ke dokter.

Key mengibas-kibaskan tangannya di depan Reksa yang melamun.

Reksa tersadar dari lamunannya, namun tetap berusaha sedatar mungkin. "Apa?"

Key menghela napas pelan. "Masih hidup ternyata." Gumamnya pelan.

"Gue nggak budeg ya." Sindir Reksa dengan dua tangannya yang sudah bertengger di pinggang.

Key diam, pura-pura tidak mendengar.

Suasana hening kembali tercipta di antara keduanya. Sampai saat senter ponsel Key yang mati membuat mereka sedikit terkejut. Bukan mereka, lebih tepatnya Key yang kaget.

"Lah kok mati." Keluhnya mencoba menyalakan ponselnya kembali.

Reksa hanya mengamati Key yang dengan bodohnya masih berusaha menyalakan ponselnya yang jelas-jelas sudah mati karena kehabisan daya.

"Lo bodohnya natural ya." Celetuknya.

Key membulatkan matanya, tak terima dengan ucapan Reksa. "Enak aja! Sembarangan aja kalau ngomong." Ketusnya.

Reksa terkekeh pelan. Ternyata gadis itu terlalu serius dengan apapun. "Hidup lo terlalu serius. Nggak asik." Timpalnya.

Key menatap tajam pada Reksa, lalu mengulas senyum tipisnya. "Hidup itu bukan bahan buat candaan."

Senyum Reksa memudar. Ia merasa ada sesuatu yang salah sampai membuat ekspresi gadis itu berubah secepat kilat.

Key diam. Ia berjinjit untuk bisa melihat dan mencari jalan keluar.

Reksa hanya memperhatikan gadis itu. Sepertinya gadis itu ingin segera pergi darinya.

"Nemu jalannya?" tanya Reksa.

Key hanya melirik sekilas tanpa berniat menjawab.

Dengan cahaya bulan yang remang-remang, Reksa bisa melihhat wajah lelah Key. "Kayaknya lo udah ngantuk. Gimana kalau kita tidur aja?"

My KeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang