29. Siapa yang Suka?

5.4K 287 20
                                    

Bagian 29
Selamat Membaca



Key melangkahkan kakinya saat sampai di rumahnya.  Langit sudah menggelap. Harusnya Key sudah pulang lebih awal jika saja Reno tidak memintanya untuk menemani Reno membeli buku.

Key melangkahkan kakinya dengan lemas. Di luar ia bisa tertawa sepuasnya, namun ketika sampai rumah, rasanya ia ingin berkeluh kesah disana.

Terlebih di kamar. Ia bisa bebas menumpahkan air matanya sebanyak-banyaknya tanpa takut ada yang melihat dan menanyakan keadaannya.

Baru saja Key menginjak satu anak tangga, seseorang memanggil namanya dari arah meja makan.

“Baru pulang?” tanya Raina yang ternyata sudah pulang dan sedang menyiapkan makan malam.

Key mengulas senyum sembari menatap mamanya. Berusaha tidak menunjukkan kesedihannya hari ini pada sang Mama.

“Iya, Ma. Tadi nemenin Reno beli buku dulu soalnya.” Jawab Key sekenanya.

Raina menginstruksikan Key untuk duduk disana. “Sini makan malem dulu sambil nunggu Papa sama Nayla turun.” Ajak Raina.

Key menggelengkan kepalanya. “Key udah kenyang, Ma. Key mau ke kamar aja.” Tolaknya.

Raina mengernyitkan dahinya. “Ya sudah. Jangan lupa belajar, terus istirahat.” Ucap Raina.

Key mengangguk lalu segera naik keatas.

Tentu saja Raina merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan anaknya itu. Insting orang tua memang terlalu kuat.

Namun Raina tidak langsung memaksa Key untuk bercerita dengannya, ia lebih baik menunggu Key agar mau bercerita dengan sendirinya. Ia pun pernah muda.

Selesai bersih-bersih, Key langsung duduk di depan meja belajarnya yang sudah tertata beberapa buku tebal dan kertas-kertas berisi soal latihan.

Key menghembuskan napasnya gusar. Bagaimana ia bisa belajar jika pikirannya sedang tidak baik-baik saja?

Key memejamkan matanya sebentar, ia mulai mengganti pikirannya siang tadi dengan ucapan Reno. Ia berharap dengan begitu ia bisa menjernihkan otaknya.

Setelah berusaha cukup keras, akhirnya pikiran Key mulai terasa ringan. Di tambah dengan musik yang mengalun di telinganya yang tersumpal earphone. Lama kelamaan ia mulai tenang dan nyaman dengan belajarnya.

Tak terasa, sudah tiga jam lebih Key belajar. Matanya mulai terasa lelah dan berkali-kali ia menguap, kantuknya mulai datang.

Key mengusap matanya yang terasa perih karena terlalu lama membaca. Ia melepas earphone yang melekat di telinganya dan melihat jam di poonselnya yang sudah menunjukkan pukul 22.00.

Sudah waktunya untuk tidur agar besok tidak terlambat berangkat sekolah. Sebenarnya beberapa pesan masuk di ponselnya namun Key mengabaikannya saja. Mungkin dari teman-teman sekolahnya.

Key beranjak menuju pintu kaca menuju balkon yang dibiarkan terbuka itu. Ia berniat menutup pintu dan gorden nya. Namun, ia urungkan saat matanya menangkap banyak bintang di langit.

Senyumnya terulas, namun kali ini bukan senyum manisnya. Namun senyuman getir.

Kamu bener, Rel. Kalau aku murung pasti bintang di langit jadi banyak.

“Key, udah selesai belajarnya?”

Key menoleh pada pintu kamarnya yang terbuka. Sudah ada Mama nya yang berdiri dengan segelas susu di tangannya.

My KeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang