28. Janji

4.8K 285 24
                                    

Bagian 28
Selamat Membaca

Key melangkahkan kakinya menuju ruangan itu. Perasaannya terasa tidak enak. Rasa penasaran mendominasi dirinya.

Sebenarnya ia sempat berpikir jika orang itu adalah Farrel, namun entah kenapa logika dan hatinya bertolak belakang.

Key berdiri tepat di depan pintu sebuah ruangan. Matanya terpejam sejenak lalu menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya.

Tangannya terulur untuk mengetuk pintu di depannya.

“Mbak Key?”

Key berjingkat kaget lalu menoleh kebelakang. Tepat pada seseorang yang menepuk punggungnya dan memanggil namanya tadi.

Key mengulas senyumnya saat melihat seorang suster yang biasanya merawat neneknya.

“Mbak Key ngapain disini? Nggak mungkin mbak Key lupa sama ruangan Bu Erna?” canda sang suster.

Key membalas dengan senyumnya, “Enggak kok, Sus. Tadi saya kaya lihat temen saya. Tapi mungkin saya yang salah lihat.” Jawab Key.

Suster itu menganggukkan kepalanya. “Oh iya mbak. Sudah di tunggu Bu Erna di ruangannya.”

“Saya mau pamit dulu.” Ucap sang suster lalu meninggalkan Key yang masih berdiri di depan pintu ruangan tadi.

Key menghembuskan napasnya gusar, menatap pintu itu, lalu pergi menuju ruangan neneknya.

***

Key masuk ke dalam ruangan ber cat putih itu dengan beberapa obat yang baru saja selesai ia tebus sesuai instruksi Mama nya.

“Kamu tadi nggak bareng sama Reno, Key?” tanya Erna.

Key duduk di sebuah kursi di samping ranjang neneknya. “Enggak nek. Reno sibuk latihan futsal.” Jawab Key.

“Kalau Nayla?” tanya Erna.

“Nanti Nayla mau kesini sama Mama Papa kalau udah pulang katanya.” Jawab Key.

“Nenek mau makan buah apa? Biar Key kupasin.” Tawar Key sembari meraih parsel buah yang tadi ia bawa.

“Apel saja.” Jawab Erna dengan senyum manisnya. Sangat mirip dengan Papa Key.

Key mulai mengupaskan sebuah Apel untuk neneknya sembari mendengarkan neneknya bercerita tentang ini dan itu, sesekali Key ikut membalas dan menceritakan hari-hari nya.

Key mulai menyuapi neneknya dengan potongan-potongan kecil Apel tadi.

“Kamu ujiannya kapan?” tanya neneknya.

“Besok Senin, Nek.” Jawabnya.

Erna begitu antusias melihat sang cucu akan segera lulus dari SMA. Artinya cucunya itu sudah beranjak dewasa.

Tangan Erna terulur mengusap rambut Key. “Belajar yang rajin.” Ucap neneknya yang dibalas dengan anggukkan oleh Key.

***

Key keluar dari ruangan Neneknya. Sudah waktunya ia pulang karena hari sudah berganti menjadi sore.

Key berjalan lemas menyusuri koridor rumah sakit. Perasaannya masih saja terasa janggal.

Akhirnya ia memutuskan untuk duduk di salah satu kursi yang ada di sisi koridor.

Ponselnya bergetar sedari tadi. Key meraih ponselnya, ternyata sebuah panggilan dari Reno.

Lo dimana sekarang? Masih di rumah sakit?” Belum mengucap salam atau apapun, Reno sudah melontarkan pertanyaan-pertanyaan itu.

“Masih. Kenapa?” tanya Key.

My KeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang