"Rich, jalan yang benar.." Ucap Monica

Richard pun menuruti perintah Monica,Monica terus melihat Richard hingga hilang dari pandangannya. Perlahan senyumannya memudar. Ia sungguh mencintai pria itu,tetapi mengapa semuanya terasa sangat menakutkan?

***
Hari-hari berlalu, Richard yang seharusnya hanya pergi 3 hari harus memperpanjang waktunya dan hari ini adalah hari ke 7. Monica mulai sangat merindukan Richard,belum lagi Richard yang sangat sulit di hubungi. Paling tidak Monica tau Richard baik-baik saja dari berita di tv.

Monica melenguh kesal,Ia meletakan tangan dan kepalanya di atas meja. Lalu memejamkan matanya. Berkali-kali Ia menghela napasnya yang terasa berat. Ia tidak tau mengapa rasanya sangat ingin menangis.

Denis menempalkan segelas minuman dingin ke pipi Monica.
Monica pun membuka matanya.

"Kenapa? Merindukan kekasih mu?"

"Tidak!" Jawab Monica ketus.

Denis tersenyum dan mengacak-acak rambut Monica.

"Aku sudah merindukan mu.. Aku akan sering mengabari mu..aku akan datang kapanpun kamu butuh.. Telfon aku kapan pun.. Hah.. Omong kosong" cibir Monica.

Denis semakin tersenyum geli.

"Apa semua laki-laki seperti itu hah?" Tanya Monica kesal dan bangun dari tidurannya.

"Dia bahkan tidak menghubungi ku sekalipun selama di sana" ucap Monica lagi. Kali ini Ia mengalihkan wajahnya menatap jendela. Matanya sudah berkaca-kaca. Ia tau terlalu bodoh jika Ia menangis hanya karna Rindu. Ia harusnya sudah terbiasa di tinggal-tinggal seperti ini.

"Paling tidak balas saja pesan ku, dan katakan kalau memang dia sibuk" ucap Monica yang air matanya terjatuh. Dengan kesal Ia menghapus air matanya sendiri. Masih dengan menatap keluar. Tujuh hari tanpa Richard sungguh sangat lama bagi Monica.

"Kamu sangat mencintainya hmm?"

"Tidak! Pokoknya kalau dia pulang aku mau putus!" Jawab Monica

Senyum Denis semakin melebar, Ia tak mengatakan apapun hanya menatap wajah Monica. Hatinya terasa sakit tentu saja. Andai saja Ia tidak terlambat menyadari perasaanya pasti sangat bahagia di rindukan oleh Monica seperti itu.

Ia juga sedang merasa sangat rindu seperti yang Monica rasakan. Ia rindu pada Monicanya. Monica yang akan melakukan apapun untuknya. Ia rindu semua perhatian Monica. 

Semua kenangan kebersamaan mereka seakan terputar begitu saja. Mengapa Ia pernah begitu jahat pada Monica,setelah semua yang Monica lakukan, kenapa dia sampai hati melakukan semua itu?

Monica sungguh pantas mendapatkan pria seperti Richard. Bahkan jauh lebih dari pantas. Mungkin Monica bukan wanita super cantik bag model yang selalu di inginkan mata pria. Tetapi Monica adalah sosok wanita yang sangat di butuhkan.

"Deniss.."rengek Monica dan mencebik.

Denis tersenyum lagi,Ia pindah tempat duduk lalu menarik Monica dalam pelukannya. Monica pun terisak di sana.

"Aku kangen Richard..kenapa dia jahat banget sama aku" isak Monica.

Denis tak mengatakan apapun, Ia hanya mengusap bahu Monica.

***
Hari ke 9 tanpa Richard, mata Monica terus menatap layar ponselnya mencari video apapun yang ada Richard di dalamnya.

"Aku benar-benar tidak akan memaafkan mu"  rajuk Monica.

Monica mendapatkan pesan dari grup whats appnya. Meski malas Monica tetap membukanya karna biasanya Ia akan mendapatkan info-info penting.

_WARNING! MOBIL PAK RICH SUDAH MASUK HOTEL, SEMUA BERSIAP_

Mata Monica membelalak membaca pesan itu dan tanpa berfikir apapun, Ia bangun dari duduknya dan berlari menuju lift.

Berulang kali Ia menakan tombol lift bertujuan agar pintu Lift segera terbuka.

"Ayo cepat..cepat.." Rapal Monica.

Pintu Lift pun membuka, Monica masuk ke dalam Lift.  Ponsel Monica terus berbunyi namun Monica mengabaikannya. Ia hanya ingin bertemu Richard secepatnya.

Mata Monica terus menatap angka pada layar di lift itu. Saat tiba di sampainya tanpa menunggu apapun Monica pun langsung keluar Ia berjalan menuju Lobby.

Senyumnya mengembang sempurna saat Ia melihat Pria Yang sangat di rindukan itu.  Sejenak Monica tak dapat melihat yang lain,matanya hanya tertuju pada Richard. Ia bahkan lupa kalau Ia harus marah pada Richard.

Monica melangkahkan kakinya lurus menuju Richard. Ia hampir sampai pada Richardnya kalau saja Ia tak terhalangi oleh para wartawan yang entah datang sejak kapan.

Langkah Monica terhenti, Ia sedikit terdorong hingga terpinggirkan. Namun Mata Monica hanya menatap Richard, Ia masih tersenyum. Perlahan senyum Monica memudar saat Ia menyadari bahwa Richard tak sedikit pun membalas senyumnya. Bahkan seakan-akan tak melihat dirinya.

Kesadaran Monica kembali sepenuhnya. Kini Monica bisa melihat bahwa Richard tak hanya datang sendiri. Ada William, ada Ibunya dan ada seorang wanita cantik yang menggandeng lengan Richard.

"Mas Richard, Mba Lusi apa benar kabar pertunangan kalian?"

"Mengapa kalain memyembunyikan kabar ini?"

"Kapan tepatnya kalian mengadakan pertunangan?"

"Apakah ini pernikahan bisnis?"

"Berapa lama kalian saling mengenal hingga memutuskan untuk bertunangan?"

Tubuh Monica membatu di tempatnya. Ia menatap Richard entah dengan tatapan apa.
Monica merasa tak percaya dengan apa Yang di dengarnya,  Richard pasti memiliki penjelasan lain.  Itu pasti hanya sebuah gosip.  Sampai sembilan hari Yang lalu Richard masih mengatakan cinta padanya.

"Berita itu benar, kami akan melakukan konfrensi pers secepatnya. Harap teman-teman wartawan menunggu undangan dari kami" ucap Ibu Richard dengan senyum cerah kepada wartawan.

Para wartawan masih mencoba untuk menanyai mereka. Namun di halau oleh para penjaga.

Richard dan wanita cantik itu berjalan ke arah Monica berdiri. Ibu Richard dan William mengikuti dari belakang.

Monica menatap penuh harap kepada Richard.  Ia bahkan tak berpindah dari tempatnya, mencoba menghadang Richard. 

Richard berhenti tepat di hadapannya.  Ia bahkan tak sanggup untuk menatap Monica. 

"Ada apa Rich?" Tanya Ibu Richard

Richard tak mengatakan apapun hanya terdiam.

Mendapati Richard yang tak menjelaskan apapun membuat Monica menyadari apa yang harus Ia lakukan.

Ia menggeser sedikit tubuhnya dan membungkuk singkat.  Ia mencoba untuk tersenyum.

"Selamat siang pak Richard, Pak William" Ucap Monica

"Hei.. Ehmm.. Ini seketaris kak Richard mom.. Monica namanya. Monica ini Ibu ku dan itu Lusi" ucap William

Monica tersenyum lebih lembut lagi. "Selamat siang bu mahendra, bu lusi" sapa Monica.

Ibu Richard menganggukan kepalanya.

"Oh.. Baik kalau begitu. Bisa tolongkan ambil minum untuk kami."

"Tentu bu.. Mau minum apa?"

"Ice americano, strwaberry milshake, hot lemon tea.. Lusi sayang kamu mau minum apa?" Tanya Ibu Richard

Lusi tersenyum sangat cantik. "Euhm.. Ice americano saja.."

"Kalian tuh memang benar-benar serasi. Baik sama ice americano ya.. Bawa ke ruangan Richard"

"Baik bu..mohon di tunggu" jawab Monica

"Ayo,kita ke atas.."ajak Ibu Richard. Monica menggeser dirinya lagi membiarkan mereka semua pergi.

"Aku jelaskan nanti" bisik Willy sebelum pergi meninggalkan Monica.

***

😉😉😉

Turn (Never lose hope)Where stories live. Discover now