Part 2 (✓)

Mulai dari awal
                                    

Dia berjalan menghampiri Acha. Dia berjongkok di depannya. Cowok itu mendekatkan wajahnya pada Acha. Bahkan sangat dekat. Membuat Acha salah tingkah sendiri. Acha menahan nafasnya setengah mati.

Astaga! Astaga! Astaga! Sadar diri Acha, dirimu hanyalah renyahan jajan malkist.

Acha tak boleh jatuh termakan cowok tampan yang berada di depannya ini. Dia orang yang sudah membuatnya jatuh cinta. Eh ralat! Jatuh tersungkur. Bahkan jika orang tak sengaja merekamnya, dia akan viral atas atraksinya tadi.

Pak Satpam memilih pergi untuk mengurus sepeda Acha yang sedikit sengklek. Tak mau menganggu urusan anak muda. Apalagi dengan cowok tampan itu, baginya dia adalah seorang penguasa yang sangat menakutkan.

Cowok itu semakin mendekat. Tolong! Siapapun bantu Acha mendapatkan angin segar. Acha butuh asupan udara.

"Permainan belum di mulai, tapi lo udah berani berurusan dengan gue."

Acha menelan ludahnya. Apa permainan yang cowok itu maksud?

"Ma-maksud lo?"

Cowok itu hanya menampilkan senyum smirk.

"Liat aja nanti,"

Cowok itu kembali mendekat. Bahkan semakin mendekat. Hingga ia bisa mendengar deru nafas cowok tersebut. Aroma mint dan maskulin mengitari penciuman Acha.

Nafas Acha tercekat. Matanya berkedip cepat.

"Ganti rugi kerusakan sepeda gue!" bisik cowok itu ditelinganya.

Mata Acha sukses membulat sempurna. Dia kira cowok itu akan menciumnya. Ah kenapa dia malah berharap cowok tampan mencium dirinya? Astaga, sadar diri Acha! Sadar! Sadar!

"Kok g- gue? Kan l-lo yang salah, bukan gue." ucap Acha gagap.

Jantung sialan! Kenapa harus berdansa ria disaat yang tidak tepat. Mulut pun tidak bisa berkompromi dengan hatinya.

Cowok itu menjauhkan wajahnya. Dia berdiri menatap Acha tajam. "Lo yang nabrak, Anjing!

Acha kaget mendapati umpatan keras. Acha tidak berpikir bahwa dia ternyata kejam.

Acha bingung harus menjawab apa. Dia sungguh tak sengaja tadi. Cowok itu saja yang tiba-tiba berhenti di depannya.

"Lo yang mendadak berhenti!" Acha memberanikan diri untuk membela.

"Ganti rugi tetap ganti rugi!" tegasnya dingin dan datar.

"Gak! Seharusnya lo yang ganti rugi!" Acha mencoba berdiri walaupun kakinya masih sakit.

"GUE.GAK.MAU.TAU!" dia mendorong dahi Acha. Cewek itu kembali terduduk di aspal.

Setelah mengucapkannya dengan penuh penekanan, cowok itu menaiki motornya kembali dan pergi menuju parkiran tanpa mendengar ocehan Acha.

Persetan dengan ketampanan cowok itu. Dia tak lagi mengagumi pria tak bertanggung jawab itu. Dia sangat menyebalkan. Membuat Acha emosi.

"Dasar brengsek, cowok sinting!!" kesal Acha memukul-mukul angin.

"Udah ya Mbak, sekarang masuk kelas aja dulu. Kamu anak baru ya?"

"I-iya pak" jawab Acha.

"Kalo bisa jangan buat masalah sama Mas Arjuna. Dia bahaya. Bisa-bisa nanti kamu bakalan di keluarkan dari sekolah ini secara tidak pantas."

Acha mengerjapkan matanya lambat. Bahaya? Dia tidak salah dengar kan?

"Emang dia siapa bisa ngeluarin saya dari sini? Anak Presiden?"

DIA ACHA (PUBLISH ULANG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang