Chapter 44

372 29 79
                                    

Rubicon Hitam Nikko sampai di Kantor Pillar Group, kantor ayahnya. Entah kenapa Nikko merasa gugup. Mungkin karena Nikko tidak berhasil dibujuk ayahnya untuk bekerja di sini, Nikko menjadi sungkan untuk ke kantor ini.

Nikko menarik napas dalam-dalam lalu melangkah masuk ke dalam Kantor Pillar Group. Satpam, receptionist, dan beberapa karyawan yang mengenali Nikko sebagai anak pemilik Pillar Group menyapanya dengan ramah.

Nikko sampai di depan pintu ruangan Isabel. Baru saja ia hendak mengetuk pintu, Isabel tiba-tiba membuka pintu.
"Nikko... Ayo masuk" ucap Isabel.

"Ikatan batin kita memang kuat ya, tak salah kita dianggap saudara kembar" ucap Nikko lalu masuk ke ruangan Isabel yang bernuansa serba putih.

"Ada angin apa kamu ke sini? Setahuku kamu paling males kalau mampir ke kantor Paman Marco" ucap Isabel.

"Begini.. Aku minta bantuan kamu.. hemmm.. aku ingin beli rumah. Rumah bernuansa tropis dengan nuansa kayu dan batu alam. 4 kamar + 1 kamar Asisten Rumah Tangga. Di daerah Bukit Indah, tapi yang paling terdekat dengan jalan Tol arah Jakarta. Apa kamu punya rekomendasi?" tanya Nikko.

"Sebentar ya... " Isabel mengecek di data base laptopnya. "Ada beberapa pilihan..dan harganya juga bervariatif"

"Kira-kira berapa harganya?" tanya Nikko.

Isabel tersenyum "Nikko sayang, kalau kamu ingin rumah tinggal bilang saja ke paman Marco, dia pasti akan memberikan rumah terbaik untuk kamu.   Kamu lupa kalau ayahmu itu pengusaha properti sukses?"

"Aku ingin memiliki rumah dari hasil kerja kerasku sendiri.. aku tidak mau memanfaatkan fasilitas dari Papa" ucap Nikko.

"Kamu ini memang unik ya.. di luar sana banyak orang yang ingin sekali mendapatkan fasilitas premium dari orang tua tapi kamu memilih capek sendiri" ucap Isabel.

"Hahahahaha Aku juga tak masalah memakai mobil bekas papamu" ucap Nikko.

"Iya, makanya papaku sayang banget sama kamu. Oiya untuk rumah yang kamu inginkan berada di range 2.5-5 Milyar Nik.. kamu mau beli yang Mana?" ucap Isabel sambil membalikan laptopnya agar bisa dilihat oleh Nikko.

Nikko langsung garuk-garuk kepala melihat range harga rumahnya "Yah... Aku baru punya dana 1.5M.. belum cukup ya" ucap Nikko kecewa.

"Kalau harga segitu paling yang 2-3 kamar Nik, gimana?" tanya Isabel.

"Hemmm...bica kamu cari rumah lain yang sesuai dengan budget yang aku punya?" tanya Nikko.

"Yasudah nanti aku carikan yaa.. yang penting gak terlalu jauh dari tol yah.. hemm... Nik.. apa kamu yakin bolak-balik  Bukit Indah-Jakarta setiap hari lumayan jauh loh?" ucap Isabel.

"Carmina kan kerja di daerah Bukit Indah, sedangkan aku di Jakarta. Biarkan saja Aku yang mengalah bolak-balik antar kota.. Aku bisa pakai supir biar gak capek nyetir" ucap Nikko.

"Aduuuh... Beruntung banget ya Carmina dicintai segitunya sama sepupuku yang tampan ini.. jadi kapan kamu akan melamarnya?" ucap Isabel.

"Kami kan baru kembali bersama, Aku butuh waktu untuk mempersiapkan semuanya. Aku ingin membeli rumah dulu" ucap Nikko.

Isabel tersenyum "Baguslah itu artinya laki-laki yang bertanggung jawab.. oiya kamu udah makan belum? Yuk kita makan sama-sama" ucap Isabel.

"Ayo.. Aku juga udah laper banget" ucap Nikko.

Mereka lalu pergi makan siang di resto dekat kantor Pillar Group.

***

Setelah makan siang bersama, Nikko lalu mengantarkan Isabel ke gedung Merlin Park. Isabel akan menemani Carlo Pillar meeting dengan klien di gedung itu. 

Miracle of NikkoWhere stories live. Discover now