Chapter 7

257 25 14
                                    

Angelica menunggu jawaban dari Billy "Bil, kamu masih denger aku kan?"

"Iya aku mendengarnya.. Nikko udah gak ada hubungannya lagi kan sama kamu? kenapa tiba-tiba peduli? jawab Billy dengan nada sinis.

"Apa dia perempuan yang baik?" kata-kata itu tiba-tiba saja keluar dari mulut Angelica.

"Sepertinya kamu punya nara sumber yang jauh lebih mengenal Carmina deh. Tanya sama dia aja" Billy menyindir Angelica. Luis, dialah nara sumber yang dimaksud.

Angelica diam... tidak bisa menemukan kata-kata untuk menanggapi perkataan sindiran dari Billy.

"Aku mohon yaa.. jangan usik Nikko lagi. Kamu kan yang milih ninggalin dia? asal kamu tahu yaa.. sekarang karir Nikko semakin menanjak, dan dia juga mengambil S2 Manajemen. Tanpa kau tuntut ini itu juga Nikko akan berhasil. Kamu aja yang gak mau sabar" kata Billy dengan nada tegas. 

Kata-kata Billy bagaikan pedang yang menghunus tepat di hati Angelica. Dulu, Angelica menganggap Nikko tidak punya semangat untuk maju. 

Pertama, Nikko menolak jabatan Vice President yang ditawarkan ayahnya di Pillar Group, perusahaan properti milik ayahnya. Nikko malah memilih memulai karirnya dari nol sebagai marketing di Pillar Motors.

Kedua, Nikko menolak tawaran sekolah S2 di Inggris yang dibiayai full oleh ayahnya. Nikko bukannya tidak mau melanjutkan studinya, tapi ia memilih menunda sekolah S2-nya sampai karirnya lebih mapan agar ia  bisa membiayai sekolah S2-nya sendiri.

Ketiga, Nikko menolak fasilitas mobil dan apartemen mewah yang diberikan oleh ayahnya setelah ia punya penghasilan sendiri. Ia memilih menyewa apartemen biasa yang sesuai dengan penghasilannya dan kemana-mana menggunakan taxi online sebelum akhirnya pamannya memberikan mobil Rubicon bekas untuknya. Itu pun dia dapatkan dengan kerja keras selama 2 tahun.

Nikko ingin mandiri dan sukses dengan tangannya sendiri. Semua itu butuh proses, dan Angelica tidak bisa sabar menunggu Nikko untuk membuktikannya. Dia terlanjur menganggap Nikko tidak punya semangat untuk maju. Angelica memang orang yang penuh ambisi dan mempunyai tujuan hidup yang jelas. Dia tahu apa yang dia inginkan dan cara untuk mengapainya. Angelica mengharapkan Nikko punya semangat seperti dirinya, bisa mengimbangi ambisi-ambisinya. Namun Nikko punya cara sendiri untuk mengapai mimipinya tanpa mengesampingkan kebahagiaannya. Itulah yang tidak dipahami Angelica, yang kelak akan membuatnya menyesal telah mengorbankan Nikko demi ambisinya.

Di Perjalanan Menuju Gedung Marina

Meeting kali ini Nikko meminta Pak Dirman untuk mengemudikan mobilnya. Dia duduk di kursi kedua bersama Carmina. Nikko menyemprotkan parfum ke leher dan ketiaknya. Untung saja Carmina sudah memaksa Nikko ganti baju di kantor, jadi Nikko memakai parfumnya tidak bertelanjang dada. Kalau itu sampai terjadi, Carmina seperti melihat tayangan iklan parfum pria dewasa secara 'live'. Carmina geli sendiri membayangkannya. 

Nikko menyeprotkan parfumnya dengan berlebihan. Membuat Carmina merasa pusing dengan harumnya. Carmina melihat ada yang berbeda dengan Nikko. Untuk Meeting kali ini, Nikko seperti berhias dengan usaha lebih agar terlihat tampan, wangi dan rapi. Padahal tanpa berhias sekalipun Nikko tetap saja tampan.

"Nikko... kamu mau meracuni aku dan Pak Dirman dengan parfum kamu yang disemprotkan berlebihan itu? Bikin pusing tahu. Terus kenapa rapi-rapi banget sih kaya mau ngelamar anak orang?" ucap Carmina sambil mengipas-ngipaskan map di dekat hidungnya.

"Kenapa? kamu udah ngebet ya pengen dilamar?" goda Nikko sambil tersenyum jahil.

"Itu cuma perumpamaan, bukan makna yang sebenarnya" ucap Carmina dengan nada kesal.

Miracle of NikkoWhere stories live. Discover now