Chapter 46

15.1K 724 31
                                    


Udah lama gak up nih!sampe lupa ama alur ceritanya!wkwkkwkwkwkkwk

Klik bintang sebelum membaca!!!

.

.

.

    Senyumannya terus mengambang di wajahnya, membuat semua orang menilai keadaannya begitu baik, tapi semuanya tertipu oleh senyumanannya, senyum yang menjadi topeng disaat ia terpuruk. Rasanya sesak saat semua orang mulai membencinya, mulai menjauhinya dan mulai mengharapkannya mati.

    "Arghhh...."

    Jeritan mulai terdengar dan isakan tangisnya semakin gencar membuatnya terlihat sangatlah prustasi. Mata indahnya terpancar sebuah kesedihan yang mendalam, sorot matanya yang mulai melemah dan tubuhnya yang energinya melemah membuatnya lesuh, air mata terus mengalir dan hanya ada tatapan nanar yang ia pancarkan.

    🐸🐸🐸

   Seorang laki-laki berwajah tampan kini bersiap untuk kesekolah dengan motor barunya.

    "Ma, Rayhan berangkat dulu." pamit Rayhan yang menyalami tangan Ibunya.

    Ia melenggang keluar rumah dan menginjakkan gas. Dengan kecepatan tinggi motor Rayhan berhasil menerobos kemacetan dan membelah jalan perkotaan yang mulai ramai.

   "Bro." sapa Bryan yang menghampiri Rayhan.

   "Eh lo Yan, gue kira tukang kebun." sebuah jitakan melayang tepat di jidat Rayhan oleh Bryan yang kesal dengan ucapan Rayhan di pagi ini.

    "Lo udah pagi aja ngajak ribut, males gue." sahut Bryan yang berjalan mendahului Rayhan.

    "Kenapa sih sayang?" tanya Rayhan yang menggoda Bryan.

   Decakan keluar dari mulut Bryan yang membuat Rayhan tertawa puas.

   "Dosa apa gue, punya temen kayak lo." celetuk Bryan.

     "Wah, gue jual nih kelinci kering lo." tukas Rayhan.

    "Eh, lo kalo ngomong yang bener deh, kelinci gue itu gemuk yah bukan kering." ujar Bryan yang tidak terima ketika Rayhan menjelekkan hewan kesayangannya.

    Ketahuilah Bryan menitipkan kelincinya kepada Rayhan, ingin sekali Rayhan membunuh kelinci milik sahabatnya itu, tapi Bryan terus saja membujuk agar Rayhan untuk merawatnya, butuh kesabaran bagi seorang Rayhan untuk menjaga dan merawat seekor hewan, baginya terasa sulit karena ia tak pandai merawat hewan. Dan Rayhan kerap memanggil kelinci itu dengan embel-embel 'kering' karena tubuh kelinci milik Bryan itu berukuran sangat kecil seperti kurang gizi atau bisa dikatakan busung lapar dan hal itu membuat Bryan sedikit tidak terima.

    "Gue bener Yan, lo sih kelinci ngambilnya dari got, kan burik." tukas Rayhan yang berkata jujur dan terang-terangan.

    "Shut, kalo ada yang denger bahaya dage, muka gue mau di taruh dimana?" Rayhan mengendikkan bahunya ketika Bryan bertanya kepadanya.

     "Kresekin." tukas Rayhan yang kemudian berlalu dari hadapan Bryan.

     🐸🐸🐸

    Lesya menghampiri Gilang yang tengah bercerita dengan teman gosipnya.

    "Woy Lang,"

     Gilang menoleh dan tersenyum bisa melihat Lesya seperti biasanya. Ia takut jika menjadi teman yang gagal. Ia takut jika Lesya merasa sedih kembali. Padahal Gilang yakin jika dirumah Lesya akan menangis keras.

Lesya Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang