Chapter 4

34.2K 1.6K 74
                                    

"Yang menunggu harap sabar, Yang di tunggu harap sadar"

~Lesya

.

.

.

    Lesya segera memasuki kamar dan menguncinya. Sekarang Lesya berada di rumah keluarganya, ia sangat bersyukur saat pulang karena keluarganya keluar entah kemana yang jelas Lesya tidak harus berdebat dengan ortunya.

    Hal yang di sukai Lesya adalah tiduran di kasur dan berhayal bahwa hidupnya akan bahagia dan ia sering berharap bahwa keluarganya akan memaafkannya, tapi Lesya tak yakin tentang hal itu, Lesya terus berfikir apakah dia akan bertahan lama hidupnya sedangkan ia belum mendapatkan maaf dari ortunya.

Tok.... tok.... tok

  Suara ketukan pintu yang berhasil membuat Lesya pura-pura tertidur karena tidak ada mood untuk bertengkar dengan keluarganya.

   Lesya menutup matanya dengan rapat seolah-olah ia tertidur dan duduklah seoarang ayah dari Lesya dan menyingkirkan poni Lesya yang menghalangi wajah cantiknya.

    "Nak maafin Ayah yah. Selama ini Ayah selalu nyalahin kamu, Ayah bingung harus nglakuin apa? Ayah bingung nak, maafin Ayah nak, kalo Ayah selalu membela Ibu mu dan Lisya semoga kamu ngerti tentang keadaan Ayah sekarang." ucapnya yang kemudian pergi dari kamar Lesya, segera ia membuka selimut dan duduk, kemudian air matanya turun dengan deras, rasanya sakit saat Ayahnya berbicara seperti itu. Apakah ada alasan Ayahnya yang selalu membela Ibunya dan Lisya?

    "Lesya capek, Ayah gak tau masa-masa sulit Lesya. Bagi orang lain Lesya punya keluarga tapi bagi Lesya sendiri Lesya gak punya keluarga, apakah kalian pernah nanya kabar Lesya? Apakah pernah kalian ngambil raport milik Lesya? Yang di utamakan hanya Lisya dan Lisya, Lesya capek sok tegar, sok kuat...." ucap Lesya yang terus menutupi wajahnya dengan tangannya, ia merasa sedih saat jauh dengan keluarganya.

   Setiap orang selalu mempunyai masalah keluarga. Entah kecil atau besar? Tapi yang jelas saat kita membahas tentang keluarga, itu mempunyai kesan tersendiri, kita berhak iri saat melihat keluarga orang lain bahagia, sedangkan kita? Hanya terus berharap bahwa semuanya selesai dan kembali seperti dulu lagi, tapi percayalah setiap masalah selalu ada jalan keluarnya entah itu akan berdampak positif atau negatif.

  Broken home

    ~ ~ ~

   Hari sabtu dimana hari libur bagi sekolah fullday, ini saatnya Lesya keluar dari rumah dan mencari rumah makan karena belum makan satu kali pun. Segera ia bersiap-siap dan menggunakan hoodie kuning yang bertuliskan 'I dont care' dengan bawahan celana levis pendek dan tak lupa sepatu sneacersnya dan tak lupa ia selalu membawa tas slempangnya. Ia bercermin dan mengambil liptint ia oleskan pada bibir tipisnya dan kemudian tersenyum di depan cermin.

    "Gue cantik juga. Sekali-kali lah yah, apalagi kan nanti hari senin gue harus ngrubah model pakaian lagi, dasar tuh Ketos" ucap Lesya yang tiba-tiba mengingat sang Ketua Osis.

   "Btw gue mau kemana nih? Nongki apa mall, kalo nongkikan ya gue gak harus bawa temen cewek, tapi kalo mall gue harus ngajak si Via dong," pikir Lesya yang terus berfikir dengan keputusannya.

    "Gue ke mall aja deh, udah lama gue gak nongki di starbuck." putus Lesya yang segera mengambil kunci mobilnya dan keluar dari kamarnya, segera ia berlari dari anak tangga dan melihat kaharmonisan keluarganya, Lesya melihat keluarganya tertawa seakan-akan tanpa beban dan Ayahnya yang terus mengelus rambut Lisya, ia hanya tersenyum kecut melihatnya, tapi Lesya sadar bahwa dia juga tidak pantas disayang oleh keluarganya. Keluarganya bahagia dan tersenyum tanpanya, sedangkan dia hanya seorang diri yang bisa melihat kebahagian mereka tanpa mau berbaur dengan mereka.

Lesya Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang