☁️ | 24 • Ingin yang Terdengar

7.4K 1.4K 233
                                    

Sudah siap?
Sudah?

Tapi saya nggak siap, nih:")

Spam komen hayu... yang belom pernah komen, ayo mulai sekarang komen:)
Aku seneng banget soalnya kalo baca-baca komentar:)

Selamat membaca!💕

- lagi di mana ketika notifikasi Criticalove muncul?

- warna favorit?

Hehehehe:)
[Jangan lupa bikin snap di ig, kalo Criticalove apdet!]

🎡

[ c r i t i c a l o v e ]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

[ c r i t i c a l o v e ]

Semua punya ruang untuk menggantungkan harapan. Lalu semua juga punya hak untuk terus menunda, atau mencari jalan agar lekas tercapai apa-apa yang dinginkan.

☁️

"Ujian kamu gimana? Lancar?"

Kunyahan Aruna melambat. Ia meletakkan sendok lalu meraih minuman yang ada di dekatnya. Makan malam yang hening berubah mencekam bagi gadis itu.

"Lancar kok, Yah," jawabnya. Seketika selera makannya hilang. Gadis itu tahu, yang akan dibahas ayahnya tidak akan jauh-jauh dari peringkat, nilai, juga prestasinya.

Aruna menghela napas panjang, bersiap menerima segala keinginan kedua orang tuanya yang akan segera terlontar ke udara.

"Kamu masih suka bergaul sama yang namanya Revian itu?"

Tidak seperti yang ada di pikirannya, kini ganti Esti yang berbicara. Wanita itu memandangi Aruna dengan eskpresi serius.

"Ma...." Aruna merengek. Ia tidak habis pikir. Padahal waktu itu Esti membolehkannya pergi dengan Raka juga Revian, lalu sekarang... mengapa berbeda?

Gadis itu tidak lagi menyentuh makanannya. Ia benci topik yang disinggung Mamanya hingga rasanya ia mendadak kenyang. "Kenapa Aruna nggak boleh berteman sama Revian?" tanya gadis itu.

"Dia itu berpotensi bawa pengaruh buruk ke kamu!" Nada suara Esti sedikit meninggi. Menarik ekspresi bertanya Ernest yang duduk di sampingnya.

Ernest berdeham setelah suasana menjadi begitu senyap. Pria itu lalu menatap Aruna guna meminta penjelasan. "Siapa itu Revian? Pacar kamu?" tanyanya pada Aruna.

"Eng—"

"Lebih baik kamu fokus sama sekolah kamu dulu. Ayah nggak mau kamu pacaran karena pasti nilai-nilai kamu bakal turun," potong Ernest. Pria yang berprofesi sebagai dosen di salah satu universitas ternama di Jakarta itu beralih menatap istrinya.

Criticalove [SELESAI]Where stories live. Discover now