☁ | 05 • Dilukai Takdir

11.2K 1.9K 160
                                    

Sssst! Karena akan ada grup chat DHS, ada yang bisa menjadi Revian?
Kalo berminat, tinggalkan komen dan tunggu aku menghubungimu!
Jika tidak, tak apa:v Revian mah santuy orangnya.
Follow ig-nya Aruna yep. @_arunaaaa

🎡

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🎡

Mungkin takdir memberi banyak luka. Tapi jika menyadari pada setiap lara yang diberi, akan selalu ada yang mengobati. Juga selalu ada uluran tangan ketika sedang kepayahan menghadapi hal-hal memberatkan.

Tatapan kosong itu tertuju pada langit-langit rumah. Dengan tangan yang dijadikan bantal, Revian mengingat kembali kejadian yang baru saja ia lewatkan bersama Aruna.

Garis takdir yang mempertemukan keduanya membuat Revian sedikit terkejut. Tidak menduga akan bertemu dengan Aruna untuk kedua kali ketika gadis itu sedang bernasib sial. Dicopet. Bahkan, kebaikannya yang dilakukannya tadi, Revian tidak menyangka ia masih mempunyainya.

Menghela napas panjang, Revian lalu terpejam. Wajah Aruna yang memerah karena malu berseliweran dalam benaknya. Revian masih bingung, apa yang menggerakkan dirinya hingga mau menolong gadis itu?

"Bodoh," maki lelaki itu pada diri sendiri. Lantas ia berguling ke kanan, mencoba untuk tidur karena sudah lewat tengah malam. Tapi benaknya masih juga bertanya-tanya. Mengapa juga ia mau repot-repot mengantar gadis itu? Hingga meminjam motor Pak Jamal? Revian mendengkus sinis. Untung saja pemilik tempatnya bekerja merupakan orang yang baik hati.

Lalu ketika perjalanan menuju rumah Aruna, lelaki tidak banyak bicara apalagi bertanya namun Aruna begitu cerewet untuknya. Gadis itu berceloteh tentang hal-hal remeh. Maka tak salah jika Revian tidak terlalu mendengarkannya. Yang ditangkap pendengarannya adalah Aruna yang kelas 11 IPA1, setelahnya sama sekali tidak penting.

Menggaruk kepalanya frustrasi, Revian akhirnya memaksakan diri untuk tidur. Yang ada di pikirannya hayalah besok sekolah, kembali pada masa-masa monoton dan juga menyebalkan. Atau mungkin mencari Aruna dan menagih uangnya. Karena semalam, gajinya dipotong akibat mentraktir Aruna seporsi nasi goreng beserta minuman.

Oh ayolah, Revian butuh istirahat setelah melewati hari yang panjang. Bisakah Aruna tak lagi menetap pada benaknya?

"Bangun lo!"

Revian menyipitkan matanya ketika mendengar pintunya digedor-gedor tidak sabar. Mengumpulkan kesadaran yang masih berceceran enta di mana, lelaki itu menguap.

"Bangun lo anak sialan!"

Seketika Revian terjaga dari tidur nyenyaknya. Itu suara Doni, ayahnya. Lelaki itu cepat-cepat bangkit lalu menyambar seragamnya yang tergantung di belakang pintu. Tidak lupa pula ia mengambil telepon genggamnya yang tergeletak di sebelah bantal. Bahkan dirinya tidak melihat dulu buku pelajaran yang dimasukkannya ke dalam tas. Revian bergerak secepat mungkin. Berusaha menghindari Doni yang sedang marah-marah untuk sebab yang tidak diketahui.

Criticalove [SELESAI]Where stories live. Discover now