☁️ | 33 • Jiwa yang Patah

3.8K 1K 323
                                    

Heiya! Ketemu lagi kita!
Sub judulnya bikin kepo nggak?
Harap siapkan hati, yaaa❤️

Sebelum baca, mari absen dulu dapat antrian nomor berapa? Coba deh pencet bintang yang ada di pojok bawah!😆

Apa bunga kesukaan kamu?

Lebih milih ditinggalkan atau meninggalkan? Alasannya?

Cerita wattpad pertama yang kamu baca?

Jangan lupa baca Ar Notes yang di bawah guys!

Biar semangat baca Criticalove, aku kasih potonya bebeb Revian, nih!❤️

Now playing :: Jxdn - PrayI can't even cry, so I try to fake itI hate itI pray to God, let me die in my sleep

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Now playing :: Jxdn - Pray
I can't even cry, so I try to fake it
I hate it
I pray to God, let me die in my sleep


[ c r i t i c a l o v e ]

Inginnya bebas dari luka yang menjerat. Namun, apa yang bisa dilakukan—jika jiwanya saja tersesat—selain menunggu maut mau menjemput lebih cepat?

☁️

Pukul sebelas malam lewat sepuluh menit. Masih tersisa sekitaran empat porsi nasi goreng tapi Pak Jamal belum juga berkemas. Pria itu menunggu waktu berlalu dengan duduk santai ditemani secangkir kopi sedangkan di meja seberang ada Revian yang menatap ke luar bersama sepi.

Lelaki itu berulang kali mengecek ponsel yang bukan miliknya. Cemas yang menjalar menggerogoti fokusnya akan pekerjaan. Terkadang pembeli yang harus ia layani mengalihkan khawatir yang ada, tidak lama karena resah kembali datang padanya.

Aruna. Aruna. Aruna. Pertanyaan yang ia simpan berkisar pada keadaan gadis itu. Setelah Aruna pergi dengan cowok-yang belum dikenalinya secara penuh-itu membuat Revian terserang gelisah. Takutnya Aruna tidak baik-baik saja.

Aruna sakit apa?

"Pak! Nasgor bungkus, empat!"

Revian menoleh pada seorang pembeli yang baru saja turun dari mobil.

"Lo ternyata kerja di sini?" Pemuda itu mengulurkan tangan dengan senyum terkembang kala melihat Revian. "Kenalin. Gue Chandra."

Revian balas menjabat. "Revian." Lalu ia bangkit, membantu Pak Jamal membuatkan pesanan Chandra. Entah bisa disebut kebetulan yang baik atau buruk tapi seseorang yang baru saja dipikirkannya menampakkan diri. Sepertinya tepat karena Revian ingin bertanya banyak hal perihal Aruna.

Sembari menunggu, Chandra memainkan ponselnya seraya duduk di kursi yang tadi ditempati Revian. Ia mengernyit ketika mendapati dua HP yang tergeletak di meja. Merasa tidak asing. Candra lalu mengambil dan mengamati dengan seksama. Ketika ia menghidupkan layar, pemuda itu bertambah yakin jika handphone yang ada dalam genggamannya memang milik sang Adik. Pasalnya ada foto Aruna sebagai lock screen, sedang yang satunya jika dihidupkan akan ditemui siluet seorang gadis. Perawakannya seperti Aruna, tapi Chandra tidak mau menduga-duga.

Criticalove [SELESAI]Where stories live. Discover now