☁ | 02 • Akhir yang Tertunda

15.3K 2.4K 413
                                    

Hurt people hurt people's how it begins
And I don't wanna cause you pain
This ain't the way that I thought we would live
You might think that I'm crazy
You might think you can save me
I wish it was that easy

Gryffin & Aloe Blacc — Hurt People

🎡

[c r i t i c a l o v e]

Tidak ada salahnya menyerah barang sekali. Tidak ada salahnya mengeluh meski berkali-kali. Namun terasa salah ketika menyerah tapi lupa bangkit, mengeluh tapi lupa bahwa hidup sebenarnya tak selalu sulit.

☁

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Aruna menguap bosan. Diliriknya botol minuman yang isinya tinggal setengah. Ia lapar, bukan haus. Mau beli makanan juga malas. Huft! Menunggu itu, selain menyebalkan juga melelahkan.

"Katanya bakal jemput, tapi setengah jam belum muncul juga. Naik kendaraan umum nggak boleh," cibir Aruna seraya merotasikan bola mata. Beberapa kali ia meniup-niup helaian rambut yang menutupi sebagian wajahnya. Dirinya benar-benar bosan. "Ini Mama jadi jemput nggak, sih?"

Gadis itu menghela napas. "Sepuluh menit masih nggak dateng... Fix pesen gojek!" Aruna masih saja mengomel sendiri. Bahkan, beberapa orang yang keluar-masuk minimarket seringkali mengernyitkan dahinya ketika mendengar Aruna yang berbicara sendiri. Mereka pikir, gadis itu mulai tidak waras.

Menempelkan pipinya pada meja, Aruna menghela napas panjang. Membosankan. Seharusnya ia menunggu di sekolah saja biar numpang wi-fi sekalian. Tapi terlanjur mager. Jarak sekolah dengan Indoapril tidak bisa dikatakan begitu dekat.

Gadis itu lalu menghentak-hentakkan kakinya kesal. "Nyesel gue udah ke Indoapril!" Setelahnya ia beranjak, membawa tas serta botol minumnya. Mungkin mencari warung makan atau sejenisnya karena cacing-cacing di perutnya sudah berdemo.

Gadis itu mulai menyusuri trotoar, kakinya menendang satu-dua kerikil yang ada sembari menunduk. Namun ketika suara klakson memasuki gendang telinganya, ia menoleh. Sebuah truck sedang melaju kencang dan sepertinya sedang memperingatkan sesuatu... atau mungkin seseorang. Dan benar saja, beberapa meter darinya, seorang lelaki—yang entah sadar atau tidak—mulai menyebrang jalan tanpa menoleh terlebih dahulu.

"Awas!" peringat gadis itu. Seakan tuli, lelaki itu tak menghiraukan teriakannya. Tidak ada pilihan lain. Aruna mempercepat larinya lantas menarik lelaki itu sebelum segalanya terlambat.

"Aw!" Gadis itu mengerang tatkala dirasa lututnya tergesek kerikil-kerikil kecil yang tersebar di trotoar. Tak pelak juga sosok yang ia selamatkan mengaduh kesakitan.

Criticalove [SELESAI]Where stories live. Discover now