☁ | 06 • Ditakdirkan Sama Terlukanya

10.9K 1.9K 181
                                    

Yang pengen gabung grup chat DHS, intip ig-nya gih. Masih dibuka looooh. Hayu cepet, karena tempatnya terbatas wkwkwk.
Jangan lupa follow ig-nya Aruna di @_arunaaaa. Revian juga ada. @rev.nalendra 💙

🎡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎡

Orang-orang yang tengah terluka hanya butuh didengarkan. Bukan menuntut mereka agar selalu kuat. Karena mungkin yang dibutuhkan hanyalah rehat barang sesaat.

Suasana kelas meramai karena bel pertanda istirahat telah berdering. Aruna menghela napasnya. Diliriknya Mega yang sibuk bermain dengan ponsel semenjak pelajaran dimulai. Tatapannya beralih pada buku catatannya. Ia lantas mengetuk-ngetuk meja. Menimang-nimang untuk ke kantin atau berdiam diri di kelas.

"Oh iya, Ru. Lo semalem ngilang ke mana? Chat gue cuma diread doang. Nyebelin."

Aruna otomatis menoleh ke arah Mega yang sudah meletakkan ponselnya. Cewek itu kini berbenah, merapikan alat tulisnya yang berserakan karena ulah sahabatnya.

Menggaruk pucuk hidungnya, Aruna tersenyum miris. "Hape gue dicopet."

"Serius lo?" tanya Mega tak percaya. Bahkan matanya membeliak, begitu terkejut mendengar pengakuan Aruna. "Terus gimana? Lo nggak kenapa-kenapa, kan?"

"Gue nggak apa-apa, sih. Tapi ortu gue curiga karena gue make hape lama gue." Aruna tersenyum kecut mengingat tatapan curiga kedua orang tuanya.

Mega menepuk jidatnya. "Terus gimana kalo mereka tahu hape lo ilang? Bisa-bisa kebongkar tuh kelakuan buruk lo."

Aruna terkekeh. Seakan pernyataan Mega bukanlah sesuatu hal yang akan membuatnya pusing. "Ya gue bakal minta lagi tapi alesannya cari yang cakep!" Gadis itu lalu berdiri, merapikan alat tulisnya secara cepat.

"Tapi Ru, gimana kalo—"

"Meg, gue itu udah lama nggak bisa ngerasa bebas. Gue capek tiap pulang sekolah harus les, malem masih belajar lagi." Aruna tersenyum sejenak, "Udah ah, gue pengen ke toilet."

Mega hanya mengangguk, membiarkan Aruna pergi walau jam istirahat sudah berakhir.

"Lo dipanggil Pak Adri. Buruan ke lapangan."

Revian menatap tanpa minat ke arah Yona yang sedang berdiri di depan pintu. Dirinya sengaja tidak mengikuti yang lainnya pergi ke lapangan untuk pelajaran olah raga. Bahkan sejak satu jam lalu. Malas serta mengantuk adalah alasan utamanya. Tapi apa boleh buat jika Pak Adri sudah mengutus seseorang untuk menjemputnya. Sudah dapat dipastikan dirinya akan mendapat hukuman berat.

Sia-sia saja dirinya berangkat. Seharusnya Revian pergi ke perpustakaan untuk bersembunyi sejak jam pelajaran pertama dimulai. Sialnya, Revian baru tersadar dirinya salah jadwal ketika seorang guru sudah memasuki kelasnya. Memulai kegiatan belajar mengajar di kelas 11 IPS 4.

Criticalove [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang