Denis mengangguk lagi.

"Kamu tau kalau kamu jahat?" Tanya Risa

"Aku brengsek bukan hanya jahat"

Risa terus menatap Denis kini matanya sudah kembali berkaca-kaca. Denis benar bahkan saat ini meskipun hatinya sangat terluka Ia tidak mampu untuk tetap membenci Denis. 

"Ca, pulanglah magisa merindukan mu.  Dia mungkin marah tapi aku tau dia merindukan mu"

Risa masih tak mengatakan apapun.  Ia tidak tau harus mengatakan apa.  Ia tak tau mengapa Ia pergi, Ia tak tau mengapa harus magisa Yang marah padanya.  Ia sungguh tidak tau apa Yang terjadi.  Mungkin Ia egois tapi sungguh Ia tidak ingin kembali. 

"Kita anggap semua ini berakhir.  Aku memaafkan mu.  Jadi pergilah dari ku. Aku ingin bahagia.  Aku ingin hidup dengan cara ku Dan semua itu tidak akan mungkin sanggup aku lakukan kalau kamu masih di dekat ku.  Jadi tolong lakukan sesuatu untuk ku.  Pergilah" ucap Risa

Denis kini terdiam Ia menatap wajah Risa. Meski sudah banyak berubah wajah itu terlihat sama tulusnya dengan wajah monic Yang dulu sering iya lihat. 

"Kamu benar-benar ingin aku pergi? "

Risa mengangguk dan Denis pun ikut mengangguk. 

"Lalu bagaimana dengan keluarga mu? Kamu akan pulang kan?  Kamu akan memaafkan mereka kan? "

"Aku memaafkan.  Tapi aku tidak ingin kembali.  Mereka akan baik-baik aja tanpa aku" ucap Risa

"Ibu menunggu mu sampai sakit Dan meninggal itu Yang kamu bilang baik-baik saja? "

Risa membelalakan matanya.  "Mama apa? "

"Ca.. Kamu jelas tau kalau ibu udah ngga ada.  Aku tau kamu marah sampai kamu tidak hadir di pemakamannya.  Tapi ca.. "

"Dimana?  Mama dimana denis? "

***

Tubuh Risa kembali bergetar hebat saat melihat nama ibunya tertulis di batu nisan. 

Risa menggelengkan kepalanya,  Ia tidak mau percaya dengan apa Yang di lihatnya itu.  Baru kemarin Ia melihat ibunya baik-baik  saja, tertawa bersama Magisa dan Gilang, lalu mengapa ibunya di sini saat ini. Risa merasa dadanya kembali di tekan dengan sangat kuat. Ia menjadi sulit bernafas.

Perlahan ia berjongkok di samping makam sang ibu,tangannya menyentuh batu nisan tersebut. Semua kenangan tentang sang ibu terulang begitu saja dalam ingatannya.  Semua pertengkaran antara dirinya dan sang ibu.

"Mah.." Ucap Risa pilu. Apalagi yang bisa Ia katakan saat ini. Hatinya terlampau sakit bahkan hanya untuk mengeluarkan satu kata. Tanah kuburan itu sudah nampak sangat kering pertanda ibunya sudah lama berada di sana. Sendirian dan mungkin kedinginan.

Tangis Risa pecah,hanya itu yang bisa Risa lakukan saat ini. Menangis dan menangis. Ia tau seharusnya Ia bisa kembali ke masa lalu. Tetapi Ia bahkan tetap tak ingin mengambil pilihan itu.  Ia hanya bisa menangis, menangis karna merasa kehilangan,  menangis karna merasa menyesal dan menangis karna merasa bersalah. 

Ia tau dan sadar bahwa seorang ibu pasti ingin Yang terbaik untuk anaknya.  Ia tau bagaimanapun ibunya,  ibunya pasti menyayanginya.  Bahkan meskipun Risa sudah tau itu Ia tetap tidak mau untuk kembali. 

"Monic tau monic jahat.. Monic harusnya bisa kembali ke masa lalu Dan ketemu mama..  Tapi monic ngga bisa mah..  Monic ingin tetap menjadi Risa.. Monic ingin bahagia bersama Richard.. Maafin monic.. Maaf.. Monic ngga bisa lakuin apapun untuk mama Dan magisa.  Sekali ini aja mah..  Sekali ini aja biarin monic egois.  Monic ngga bisa kembali mah.. Monic ngga bisa" batin Risa Yang terus saja menangis di atas makam ibunya.  Iya tak mampu mengatakan itu semua langsung. 

Turn (Never lose hope)Where stories live. Discover now