Chapter 34.

21.2K 1.8K 223
                                    

Tiga minggu kemudian....

"Apa sih enaknya main sepak bola?daripada rebutan bola,kan mending rebutan aku." Aku yang sedang mengikat tali sepatu langsung menatap Luke yang sedang memainkan bola di depan ku dengan asal-asalan..

"Rasanya akan semakin enak jika bola itu ku tendang hingga mengenai kepalamu,darling." Jawabku dengan penekanan di kata darling,Luke menatapku horror.

"Jika pasangan lain mendengar pasangan nya memanggilnya dengan panggilan sayang seperti itu,mereka pasti bahagia. Tapi ketika kau yang mengatakannya padaku,aku jadi ketakutan." ucap Luke sambil terus menatapku dengan pandangan seolah-olah ia takut padaku. Sedangkan aku,aku hanya memberi ia jari tengah ku dan kemudian kembali sibuk mengikat tali sepatu ku.

Tiba-tiba,aku merasa bahwa ada orang yang ikut berjongkok didepanku,dan ketika aku mendongak,ternyata dugaanku itu benar. Luke berjongkok di depanku,menyingkirkan tanganku dari tali sepatu yang ku pegang dan mulai mengikatkannya untukku.

Aww..

"I can do it by myself,you know." ucapku sambil menatapnya,ia hanya mengedikkan bahu.

"I know. Tapi aku juga ingin melakukannya untukmu. aku ingin melakukan apapun untukmu,meskipun melakukan hal-hal kecil sekalipun." ucapnya yang kini menatapku,mata kami beradu dan ia tersenyum padaku,memamerkan lesung pipinya.

"Termasuk membeli tampon untukku?" ucapku,berusaha memasang muka datar dan tidak tertawa ketika melihat Luke yang melongo seperti orang bodoh.

"Um....mungkin? tapi... jangan sampai deh. nanti image bad boy dan badass ku memudar dong jika aku ketahuan beli benda seperti itu?" ucap nya sambil tersenyum cheeky, aku memutar mata mendengar ucapannya.

"Badass? Kau tidak terlihat badass sama sekali. malahan kau terlihat dumbass." ledekku,Luke menaruh tangannya di hati,seolah ia tersakiti dengan ucapanku tadi.

"Darcy,jika aku baru mengenalmu ,aku pasti sakit sekali ketika mendengar ucapanmu yang menyakitkan itu." ucap nya dramatis,aku tertawa dan memukul belakang kepala nya,membuat Luke mengaduh namun kemudian ia berdiri. Luke mengulurkan tangannya ke arah ku sambil tersenyum lebar.

"Let me be the one who pick you up when you fall to pieces." Ucapnya sambil menatapku dan tersenyum manis. Senyuman nya,dan juga perkataan nya tadi berhasil membuat senyum ku mengembang. Aku pun menerima uluran tangannya itu.

Saat kami berdua sudah sama-sama berdiri,aku mengikuti insting ku untuk memeluk Luke dengan sangat erat,aku tidak bisa mendeskripsikan betapa senang nya aku ketika mendengar ucapan Luke,dan kurasa,perbuatan lebih berarti daripada perkataan .

Jadi aku,memeluknya erat dan menenggelamkan wajah ku didadanya. Tawa Luke seketika menggelegar,dan aku bisa mendengar tawa juga detak jantungnya yang berdetak cepat.

"Kenapa kau tertawa,dasar idiot." gumamku sambil terus menenggelamkan wajah ku di dekapan Luke.

"Karena kau terlihat seperti remaja yang baru jatuh cinta." ucapnya,ia mengalungkan lengannya ke leherku,menarikku untuk lebih dekat dengannya dan aku mendongak menatapnya yang ternyata sedang menunduk menatapku.

"Well,i am in love." i said in a duh tone.

Kemudian,senyuman Luke semakin melebar ketika ia mendengar ucapan ku barusan. Ia mengangkat dagu ku dengan jemari nya dan kemudian ia mencium bibirku.

"I love you so much.." bisik Luke,aku tersenyum manis dan mengalungkan lengan ku di leher nya.

"I love you too,moron." jawabku,ia semakin tersenyum dan kemudian mencium bibir ku dengan lembut,ciuman yang ku balas dengan senang hati.

Little Fairy: How To Be a GirlWhere stories live. Discover now