"Risa kamu mau kemana..?"

Risa tak menanggapi dan terus saja meninggalkan Richard. Richard mempercepat langkahnya dan menghadang Risa.

"Mau kemana kamu?"

"Awas" jawab Risa

"Kamu mau kemana?"

"Kemana saja asal tidak perlu melihat wajah mu" bentak Risa

Richard menganggukan kepalanya. "Mungkin kamu benar-benar ingin break dengan ku. Baiklah," ucap Richard.

Richard meninggal Risa lebih dulu dan keluar dari apartement Risa.

Risa menghela napasnya kasar sepeninggalan Richard. Apakah Ia baru saja di campakan?

"pria itu benar-benar menyeramkan. Apa dia baru saja memutuskan ku?"

"Apa itu? Cewek naif? Hubungan tenang.. "

"Wah..wah..wah.." ucap Risa yang benar-benar takjub dengan sikap Richard. Ia tak pernah pun berfikir akan memiliki hubungan seperti Risa dan Richard.

Jujur saja di bandingkan menjadi pacar, Risa lebih merasa bahwa Ia adalah wanita bayaran Richard yang akan melakukan apapun untuk Richard sesuai aturan yang Richard buang. Jika Richard bosan, Richard bisa membuangnya kapan pun.

***

Risa duduk di sofa dekat jendela. Ia menatap hujan yang membasahi kaca apartment nya itu. Kepalanya Ia letakan pada kepala Sofa dan tangannya seperti biasa melukis tanda tangannya sendiri.

"Esme.. bukannya kamu bilang akan datang kalau aku minta.." ucap Risa malas

"Sure" jawab Esme yang entah datang dari mana namun juga sudah duduk di sofa dengan pose seperti Risa hanya saja dengan arah yang berlawanan.

Risa terperanjat lagi. Ia masih belum terbiasa dengan kemunculan Esme yang mendadak.

"Apa kamu bisa datang tidak mendadak seperti ini?"

"Ada apa?" Tanya Esme

"Kamu jelas tau ada apa.. aku baru saja putus dengan pacar pertama ku. Aku bahkan baru merasakan beberapa jam memiliki kekasih." Keluh Risa

"Kalian tidak putus."

"Break dan putus itu tidak ada bedanya. Hanya mengulur waktu lebih lama untuk putus" ucap Risa malas.

Ia kembali meletakan kepalanya pada kepala Sofa.

"Aku bahkan tidak mencintainya tapi kenapa aku merasa kehilangan dan sedih?"

Esme tak menjawab hanya terus menatap Risa.

Risa ikut menatap Esme. "Bukannya aku minta pria hebat yang mencintai ku? Dia tidak mencintai ku. Dia menyukai wajah dan tubuh ku itu saja"

"Sebenarnya cinta sangat jauh di luar kesanggupan ku" ucap Esme

"Kamu bisa merubah semuanya tapi tidak dengan hal sesimple cinta?"

Esme tersenyum dan mengangguk, "kalau gitu buatlah dia mencintai mu"

Risa mencebik lagi, "sudah aku bilang aku baru saja di putuskan. Lagi pula pria itu tidak akan mencintai ku. Dia mencinta Risa yang penuh ketenangan..ah dia juga ngga cinta dengan Risa."

"Cobalah dulu.. kamu sudah sangat cantik sekarang. Apa kamu masih belum berani mencoba membuat orang mencintai mu?"

Risa terdiam sesaat. "Ah tau ah.. aku lapar! Aku harus gimana? Bawakan aku makanan!"

Esme menggeleng, "aku hanya memberikan tiga permintaan saja.. aku bukan assisten pribadi mu"

"Aaah... Terus aku harus bagaimana? Aku lapar dan tidak tau alamat."

"Gunakan isi kepala mu untuk berfikir. Aku sungguh tidak membuat mu jadi bodoh.."ucap Esme yang lalu menghilang begitu saja.

Risa menghela napasnya lagi, Ia mengambil ponselnya dan akan bertanya pada Adele ataupun Dimas. Namun seketika saja Ia ingan ucapan Richard. Ia pun mengurungkan niatnya dan memilih untuk pergi ke bawah saja. Lagi pula banyak yang Perlua Ia kenali dan sesuaikan jika Ia ingin terua hidup sebagai Risa.

***
Kata siapa uang tidak biaa membeli kebahagiaan? Risa yang tadi siang nampak lemas karna bertengkar dengan Richard, saat ini Ia justru nampak baik-baik saja.

Risa sedang menonton tv besarnya,dengan film favoritnya. Bungkus makanan berserakan dimana-mana. Ia memesan apapun yang selama ini ingin Ia makan,namun tak bisa Ia beli karna Ia harus berhemat demi membiayai keluarganya dan juga Denis.

Jika di kehidupan sebelumnya Ia ingin mengakhiri hidupnya karna pria brengsek yang menyakiti nya. Di kehidupan kali ini dia tidak akan kalah.

Ia wanita cantik, dengan otak cemerlang dan kaya. Ia bisa mendapatkan pria manapun. Richard pasti menyesal meninggalkannya. Atau sekalipun tidak, siapa juga yang akan peduli.

Risa hanya akan menikmati hidupnya sebagai Risa.
***

Sudah 10 kali sepagian ini Risa bolak-balik ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya. Bahkan meskipun sekarang sudah tidak ada lagi yang tersisa Ia masih saja merasa mual.

Saat sakit sebagai monica Ia pasti akan memilih untuk tidur dan istirahat. Sayang sekali saat Ini Ia tidaj bisa seperti itu karna dia adalah seorang Risa dengan jadwal padat.

Dengan terus memegangi perutnya Risa pun keluar dari kamarnya. Adele dengan cepat mengambil tas Risa dan membantu membawakan.

"Ibu ngga papa kan? Ibu lumayan pucat" ucap Adele.

"Its oke.." ucap Risa dan mereka pun keluar bersama.

Seperti dugaanya Dimas sudah berada di bawah menunggu mereka.

"Selamat pagi bu" sapa Dimas dan membukakan pintu untuk Risa.

"Pagi Dim.. " jawab Risa dan masuk ke dalam mobil.

Dimas menoleh kepada Adele menanyakan apa yang terjadi pada Risa tanpa suara. Adele hanya mengedikan bahunya pertanda bahwa Ia juga tak tau.

Risa menurunkan kaca mobilnya dan mengeluarkan kepalanya.

"Dim.." panggil Risa

"Iya bu.." jawab Dimas cepat.

"Nanti berhenti di apotik sebentar ya" pinta Risa

Dimas menganggukan kepalanya, "baik bu."

"Ayo berangkat.. kita ada rapat pagi kan" ucap Risa

Dimas dan Adele pun cepat-cepat masuk ke dalam mobil.

"Tunggu.. " ucap Risa saat Dimas akan mengemudikan mobilnya.

Baik Dimas ataupun Adele menoleh bersamaan.

"Adele kamu bisa pindah duduk di belakang. Banyak yang ingin aku tanyakan"

Adele menggigit bibirnya sendiri. Bukan apa-apa biasanya jika Risa seperti ini, pasti ada hal-hal yang tidak sesuai dan ia akan kena marah.

"Baik bu.."

Dimas memberikan tatapan dukungan kepada Adele dan Adele hanya menganggukan kepalanya lalu berpindah ke belakang.

***
Dududud... 😁😁😁

Turn (Never lose hope)Onde histórias criam vida. Descubra agora