~•BS•~

Dan disinilah ia berdiri, di depan pintu utama keluarga Arova. Ya, Naden memutuskan untuk menginap dirumah Arnold.

Naden mengambil ponsel di saku celananya. Ia mengetik nama Arnold di salah satu kontaknya, ia langsung menelepon Arnold.

Dering pertama Arnold langsung mengangkatnya. Tidak sulit baginya untuk menelepon Arnold karena salah satu sahabatnya ini memang mudah untuk dimintai bantuan.

''Gue ada diteras rumah lo."

"Masuk aja Den, pintu depan gak dikunci."

Sambungan telepon terputus, ia langsung dengan cepat membuka pintu, dan masuk kedalam rumah Arnold.

Naden melihat Arnold baru saja menuruni anak tangga dengan handuk menggantung di lehernya dan rambutnya juga masih terlihat basah. Dapat dipastikan Arnold baru saja selesai mandi.

"Malam ini gue nginep dirumah lo."

Arnold mengangguk.

"Om Ardi sama Tante Nova ada dirumah?" tanya Naden memastikan apakah kedua orang tua Arnold ada dirumah atau tidak.

"Mereka lagi dinas diluar Negeri. Jadi lo santai aja."

Naden mengangguk.

"Mba nanti tolong bawaiin gelas yang diatas meja ya," ucap Nadeline dari arah dapur.

Nadeline berjalan di depan Naden dan Arnold dengan handuk yang melilit di kepalanya. Kedua tangannya penuh membawa beberapa cemilan.

"Eh kak Naden," ucap Nadeline sambil tersenyum kikuk.

Naden balas tersenyum.

"Butuh bantuan?" tanya Naden dengan nada lembut.

"Gak usah kak, gue bisa sendiri."

"Malam-malam nemu tikus dirumah sambil bawa cemilan banyak banget di tangan. Gini nih, kalo punya adek jelmaan tikus, cemilan bisa habis dalam sekejap," cerocos Arnold.

Nadeline yang mendengarnya tidak terima. Ia langsung menatap Arnold dengan pandangan tajam. Dan Nadeline langsung belalu dari hadapan mereka berdua.

"Mba tolong buatin dua kopi hangat ya," ucap Arnold.

Mba sarti mengacungkan jari jempolnya. "Pake gula gak mas?"

"Pake aja mba, yang manis ya," ucap Arnold.

~•BS•~

Secangkir kopi hangat telah tersedia di depan mereka berdua, dengan asap yang masih mengepul, menandakan kopi hangat ini masih baru saja dibuat.

"Gue yakin, ada yang mau lo omongin," ucap Arnold tanpa basa-basi.

Naden tersenyum. "Lo ahli baca pikiran orang."

"Langsung aja Den, lo mau ngomong apa?"

Naden menghirup seteguk kopi hangat di hadapannya.

"Mantan gue balik," ucap Naden setenang mungkin. Walaupun pikiran dan hatinya sedang kacau.

Arnold terkejut mendengarnya, tanpa sadar sorot matanya melihat Naden yang juga sedang menatapnya. Kemudian ia langsung bersikap biasa seperti semula.

"Mantan lo yang pergi tiba-tiba itu?"

Naden mengangguk. "Lo pikir mantan gue yang mana lagi? Mantan gue cuma dia doang."

"Trus lo mau gimana sekarang?"

Naden menggeleng pasrah. "Gue gak tau."

Mereka berdua diam. Ruangan ini menjadi hening.

"Den, Kalo mantan lo ngajak balikan lo mau?" tanya Arnold memecah keheningan.

"Gue gak mau. Percuma ngulang masa lalu yang ending nya bakal sama."

"Jadi lo mau ending yang beda, gitu?"

"Gue mau ending yang baru, dengan jalan ending yang gue buat jadi happy ending."

Arnold mengangguk. Ia mengerti maksud Naden.

"Lupain mantan lo, buka hati buat orang baru. Jangan terjebak masa lalu yang ganggu aktivitas lo."

"Nold, sebenarnya gue udah buka hati buat orang baru. Gue udah nemuin yang menurut gue lebih pantas buat gue."

"Bagus, siapa orangnya?"

"Secret, tunggu aja nanti."

"Gitu lo sekarang, untuk sahabat gue sendiri. Saran gue cepet-cepet lo nyatain perasaan lo, keburu diambil orang."

Naden mengangguk, lalu tersenyum.

~•Beloved Sunshine•~

  Kritik dan saran dipersilahkan
Vote dan koment jangan lupa!

Part terakhir di tahun 2019, harus berakhir dengan part yang manis, semanis senyum mas Naden.

Happy New Year sayang-sayangku!! Makasih banyak buat kalian yang udah baca novel ini, semoga kalian suka ya, salam cinta dan sayang dari aku untuk kalian, Mwuahh.

30 Desember 2019

Beloved SunshineWhere stories live. Discover now