Chapter 37

3.1K 235 10
                                    


Hallo holla para readers tercinta ku. Gimana gimana? Gimana libur panjangnya? 😆

Pertama-tama, maaf banget nih yang udah comment tapi nggak pernah aku bales. Karena apa? Karena aku update story ini numpang wifi dirumah tetangga😌. Jadi, aku cuman bisa update dirumah tetangga. Dan juga nggak bisa buat bales comment2 kalian.

Tapi, believe me! Comment-comment kalian itu adalah semangat buat aku lanjutin story ini. Jadi guys, jangan berhenti comment hanya karena authornya nggak pernah bales comment.

Nanti kalian ngganggep authornya sombong lagi karena nggak pernah bales comment😥😥. Author nggak sombong kok, cuman authornya aja yang nggak modal😭.

***

Guren menatap bingung Shion yang kini tengah nampak sangat frustasi. Walau Sakura sudah kembali, nampaknya ada hal lain yang mengganggu pikiran gadis blonde itu. Dari tadi, Shion tak henti-hentinya mengerang frustasi. Sesekali, ia mencambak rambut blondenya.

Penampilan Shion kini nampak kacau dan acak-acakan. Didepannya juga ada beberapa botol soju yang berserakan. Kening Guren berkerut, ia masih belum bisa mencerna apa yang terjadi pada rekannya itu.

Tak tahan dengan erangan frustasi Shion yang semakin menjadi, Guren akhirnya buka suara.

"Ada apa dengan mu? Kau seperti orang gila." Tegurnya.

Shion menatap Guren tajam, namun ia tak berniat menjawab. Ia kembali mencambak rambutnya sendiri.

"Akhh sialan!" Umpat Shion.

"Yaa! Dasar gila! Ada apa dengan mu?!" Nada bicara Guren mulai meninggi.

"Tidak bisakah kau diam, Guren!"

"Bagaimana aku bisa diam dengan keadaan mu yang sangat mirip seperti gembel?!!"

"Aghhrr! Diam! Lebih baik kau siapkan pemakaman untuk gadis itu!"

Guren terkejut mendengar ucapan Shion. "Apa? Pemakaman?! Apa maksud mu!"

Shion terdiam, ia terduduk lemas. Sebuah kenyataan berhasil menghantam harapannya jauh entah kemana. Ia kini merasa sangat tidak berguna. Usahanya sia-sia. Rasa bersalahnya semakin besar pada Sakura. Ia tahu dirinya adalah wanita yang kasar dan juga angkuh. Namun bukan berarti ia tak memiliki rasa menyayangi sedikit pun pada Sakura. Baginya, Sakura sudah ia anggap sebagai adiknya.

"Jelaskan, Shion! Ada apa?" Guren meremas kedua bahu Shion sambil menatap tegas manik mutiara Shion. Ia sedikit mengguncang bahu Shion ketika Shion tak kunjung menjawab. "AKu tahu ada sesuatu yang kau sembunyikan, Shion!" Guren kembali menyudutkan Shion.

"Sakura..."

"Sakura? Ada apa?"

Shion balik menatap Guren. Ia kini juga memegang kedua bahu Guren. Guren sempat terkejut ketika mata Shion nampak berkaca-kaca.

"Guren, aku bersalah. Aku bersalah Guren!"

Guren semakin bingung sekaligus khawatir melihat kondisi Shion yang nampak kalut.

You are everything to meWhere stories live. Discover now