Chapter 3

5.9K 408 4
                                    

Keesokan paginya......

Sakura nampak tengah berusaha mengenakan sepatunya. Ia segera bangkit setelah selesai dengan sepatunya itu. Ia menghembuskan nafas pelan. Hari ini ia dapat misi dengan teman ups salah, sahabat kuningnya, naruto. Mungkin hanya misi kecil, yaitu menyambangi desa kecil yang berada dibarat konoha.

Sakura segera berlari keluar apartemennya, tak lupa juga mengunci apartemen sederhana itu. Ia dan naruto sudah sepakat untuk berkumpul didepan gerbang konoha. Masalah pekerjaan rumah sakit sudah diurus ino, yah walaupun diiringi gerutuan kesal sahabat pirangnya itu. Tak sampai 10 menit, sakura sudah dapat melihat gerbang hijau itu. Mata emeraldnya menangkap naruto yang tengah melambaikan tangan kearahnya, sakura segera berlari menghampiri naruto.

"Tumben sekali kau datang lebih awal?" Tanya sakura sesaat setelah sampai. Naruto menunjukkan cengirannya.

"Aku tadi janjian dengan hinata untuk makan ramen, sekalian agar aku tidak terlambat" sakura mendengus mendengar jawaban naruto.

"Terserah. apa misi kita hanya mengunjungi desa itu saja?" Tanya sakura. Naruto menggeleng.

"Tidak, misi kita juga untuk memantau kesehatan penduduk desa itu." dahi sakura mengkerut bingung.

"Ada apa?"

"Sudahlah, lebih baik kita segera berangkat. Agar kita segera tahu masalah didesa itu" sakura mengangguk.

"Tumben kau pintar" celetuk sakura. Ia segera berlari mendahului naruto. Naruto hanya mendengus mendengar ucapan sahabat atau mungkin kakak perempuannya itu. Ya, naruto sudah menganggap sakura sebagai saudarinya sendiri.

Naruto segera menyusul sakura yang sudah berada lumayan jauh darinya. Lagi pula ini bukan misi berat, mungkin besok pagi ia sudah kembali ke konoha.

***

Cuaca hari ini nampak cerah bersahabat. Matahari nampak bersembunyi malu-malu dibalik awan putih. Disuatu tempat, terdapat sebuah jalan kecil yang samping kanan kirinya terdapat ilalang-ilalang yang nampak melambai-lambai tertiup angin. Diujung jalan itu nampak sebuah pohon sakura besar yang tengah menjatuhkan bunga-bunga cantiknya. Ditengah jalan itu nampak seorang pemuda yang memakai jubah hitam tengah berjalan pelan. Tatapan tajamnya menatap datar jalan berbatu yang ia lewati. Ia tak menghiraukan angin yang berhembus sepoi-sepoi tengah meniup pelan rambut ravennya.

Pemuda itu tepat berhenti didepan pohon sakura yang tengah menggugurkan ratusan bunga sakura. Ia mendongak, menatap gerombolan kelopak bunga sakura yang perlahan jatuh. Pemuda itu nampak tersenyum tipis, tipis sekali, hingga butuh kejelian untuk menemukan senyum pada bibir pemuda dengan marga uchiha itu. Tatapannya beralih menatap burung merpati putih tengah terbang kearahnya. Lengan kanannya terangkat, burung putih itu bertengger manis dilengan pemuda tampan itu.

Perlahan, ia menurunkan burung itu. Mata onyxnya mendapati surat kecil yang terdapat pada kaki merpati itu. Ia pun mengambilnya. Burung merpati itu segera terbang jauh setelah surat yang ia bawa telah sampai pada sang penerima. Pemuda itu, yang tak lain adalah Uchiha sasuke, membuka surat itu perlahan.

Dahinya mengkerut saat mendapati tulisan dalam surat itu jauh dari kata rapi, namun masih bisa dibaca walau butuh ketelitian. Satu nama langsung muncul dipikirannya, Naruto. Perlahan, mata hitamnya membaca setiap kalimat yang terangkai dari beberapa kata.

"Yo teme, bagaimana keadaan mu? Aku harap kau baik-baik saja-ttebayo. Tak terasa dua tahun lebih kau pergi dari konoha. Apa kau tak rindu desa kelahiranmu? Apa kau tak rindu pada sahabatmu ini? Oh apa kau tak rindu pada sakura chan?. Oh ya, ngomong-ngomong sakura chan sebentar lagi akan ulang tahun. Ku harap kau kembali saat ulang tahunnya. Ia pasti sangat senang, jangan sampai kau membuatnya kecewa lagi. Jika kau buat dia kecewa lagi, maka aku akan bertarung denganmu persis saat dilembah kematian"  sasuke mendengus mendapati surat dari sahabat dobenya.

You are everything to meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang