Chapter 21

3.4K 267 17
                                    

Maaf lama nggak publish 😂. Si author lagi sok sibuk guys. Dan juga, jujur author belum dapat ide dan dalam mood yang kurang mendukung. Jadi maaf banget.

Oke happy reading!

WARNING!!

TYPO!!

Sakura berusaha menajamkan pengelihatannya berusaha menembus gelapnya malam. Cahaya temaram bulan purnama menelusup melewati pepohonan rindang di Hutan itu.

Malam itu Hikari tsuki menuju Negeri Tsukigakure untuk merebut kembali Negeri milik keluarga Hikari. Hikari adalah orang yang seharusnya menjadi pemimpin Negeri itu karena dia adalah pewaris tunggal keluarganya.

Satu persatu dahan pohon mereka pijaki dan lompati bergantian. Mereka harus ekstra hati-hati mengingat penerangan yang begitu minim dan keadaan dahan yang licin.

Decitan salah satu dahan pohon terdengar ketika Shion menghentikan lompatannya.

"Hikarii! Kau ingin membunuhku?!!" Pekikan Shion membuat seluruh anggota Hikari tsuki berhenti didahan yang mereka pijaki.

Hikari mengernyit. "Membunuhmu? Apa maksudmu?"

"Maksudku?! Maksudku sangat jelas! Aku butuh istirahat. Kau pikir berlari menembus hutan lebat satu hari penuh tidak melelahkan?! Kau pikir saja sendiri, kaki bengkak dan aku sangat lelah." Keluh Shion setengah kesal.

Wajah Shion tampak kesal, Menma terkekeh sedangakan Guren dan Sakura memasang wajah datar.

"Jadi?" Hikari bertanya tak paham.

Shion bertambah kesal mendengar ucapan ketua tidak pekanya itu. "Baka! Aku ingin istirahat. Aku tidak mau tau, kita cari penginapan dekat sini!"

"Istirahat? Kau lelah?"

"Aku tak tahu bagaimana aku bisa bersahabat dengan mu."

Hikari menghembuskan nafas pelan. "Tidak ada Desa didekat sini. Kalau kita ingin istirahat atau tidur, kita akan cari gua saja. Atau mungkin kita tidur dialam terbuka. Bagaimana?"

Shion memekik. "Tidak mau! Kau ingat saat terakhir aku tidur dialam terbuka? Seluruh tubuhku merah dan gatal karena serangga! Aku tidak mau! Pokoknya kita cari tempat penginapan." Shion tetap kukuh.

Hikari dan Menma berbarengan menghembuskan nafas kasar. Sedangakan Guren dan Sakura tetap setia menjadi penonton.

"Dasar cerewet! Tidak ada Desa didekat sini." Menma sepertinya mulai terganggu.

"Ya kita cari Desa, walau Desanya jauh."

"Kau gila! Itu sama saja kita tidak akan istirahat." Balas Menma.

Guren yang sedari tadi diam mulai muak. "Aku tahu ada Desa didekat sini."

Shion memekik. "Kenapa kau tidak bilang?!"

Hikari dan Menma menoleh cepat kearah Guren. "Memangnya ada?" Tanya Menma.

"Ada. Aku pernah kesana satu kali."

"Kalau begitu apa yang kita tunggu! Kita kesana sekarang!" Shion begitu semangat.

"Iya iya, dan berhentilah berteriak." Balas Guren sebal.

You are everything to meOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz