Chapter 8

4.7K 337 12
                                    

Pesta malam itu berjalan meriah. Gelak tawa terus mengiringi sang malam berganti pagi, Hingga pesta itu berakhir pada pukul 3 pagi. Semua teman-teman Sakura sudah meninggalkan kedai yang menjadi saksi keceriaan mereka.

Sakura berjalan gontai menuju apartementnya. Ditangan kanannya menenteng kantung besar berisi kado dari teman-temannya. Rasa hangat menyelimuti perasaannya mengingat pesta kecil yang teman-temannya berikan.

Sakura menghembuskan nafas pelan. Pintu apartementnya sudah berada didepannya. Perlahan tangan mungilnya meraih kenop pintu dan memutarnya pelan.

Cklek!!

Sakura menggigit bibir bawahnya saat melihat suasana apartementnya. Ia pasti akan sangat merindukannya. Merindukan semuannya. Sakura melangkahkan kakinya, ia kemudian menaruh kantung besar itu disamping televisi. Kemudian Sakura menghempaskan tubuh mungilnya disofa depan televisi.

Mata emerald Sakura menatap langit-langit apartementnya. Sebentar lagi pukul 5, yang artinya ia harus segera bersiap dan bergegas menemui Tuan Danzo kemudian segera berangkat.

Ia tak menyangka, sebentar lagi ia akan pergi dari Tanah Kelahirannya. Sakura memejamkan mata sejenak. Entah mengapa tiba-tiba otak kecilnya mengingat kepergian Sasuke dulu. Dulu, ia berusaha menghentikan seseorang pergi dari desa, namun sekarang ia lah orang yang akan pergi dari desa. Sakura berpikir, apakah jika ia pergi dan dicap sebagai pengkhianat, teman-temannya masih menganggapnya bagian dari mereka?

Sakura kembali membuka matanya dan menatap Jam dinding yang terpajang. Sakura menghela nafas, ia kemudian bangkit dan segera bersiap.

"Sebentar lagi........"

***

Pemuda bermarga Uchiha tampak melompati dahan-dahan besar. Ia berniat untuk kembali ke Konoha setelah berhasil menyelesaikan misi dadakannya. Wajah yang biasanya datar itu kini tampak lelah, mata yang biasanya tajam itu kini berubah sayu. Ia benar-benar kehilangan banyak cakra pada misi kali ini. Ia bisa saja pergi ke Konoha lebih cepat dengan jutsu teleportasinya. Namun sekali lagi karena cakranya yang menipis, ia tak dapat menggunakan jutsu itu. Ia harus pandai menggunakan cakra yang tersisa.

Uchiha Sasuke, ia berhenti sejenak diatas dahan besar yang ia pijaki. Nafasnya tampak memburu dan wajahnya sedikit pucat. Ia menyeka keringat yang membasahi wajah rupawannya. Ia bisa saja berhenti untuk istirahat, namun ia tak mau melakukannya.

Ia teringat seseorang yang kini tengah berulah tahun. Ia harus segera sampai dan mengucapkan selamat meski bukan yang pertama. Tangan kirinya tampak meraba sesuatu dibalik jubah hitamnya. Ia menyentuh sebuah kotak kecil yang berada disakunya. Tangan kokohnya menyentuh benda kecil itu pelan dan mengusapnya pelan.

Entah mengapa Jantungnya tiba-tiba berdetak cepat tanpa diminta. Dadanya bergemuruh tak karuan saat jari besarnya mengusap kotak mungil itu. Sasuke menghela nafas berusaha menghilangkan rasa aneh yang tiba-tiba datang. Tanpa sadar, ia menggigit bagian dalam bibir bawahnya. Ia tak tau apa yang ia rasakan sekarang. Ia meneguk ludahnya yang terasa mengganjal.

"Hufft...." Sasuke menarik nafas dalam. Ia segera menarik tangan kirinya dari sakunya. Ia berusaha menenangkan degupan jantungnya yang tak karuan itu. Setelah dirasa cukup, ia segera melanjutkan perjalannya yang sempat tertunda. Mungkin siang nanti ia sudah sampai didesa Konoha. Perasaan senang tiba-tiba menyelimuti hatinya, ia benar-benar penasaran dengan reaksi gadis itu nanti saat ia datang.

"Sasuke-kun..."

Ah, jika dia boleh jujur, ia sangat merindukan suara lembut itu. Ia rindu saat gadis itu melempar senyum hangat padanya dan ia rindu dengan rona merah dipipi gadis Haruno itu, apalagi jika itu karena ulahnya.

***

Danzo dan beberapa orang anbu tengah berdiri diruangan gelap. Mereka tampak menunggu seseorang ditempat pengap itu. Danzo sesekali melihat jam usang diruangan itu, Petinggi desa konoha itu beberapa kali mendengus.

"05.10..."

Empat orang anbu yang berada tak jauh dari Danzo menunggu tanpa suara. Mereka ditugaskan mengawal Tuan Danzo dan Kunoichi yang telah dibeli itu sampai ketempat perjanjian tanpa diketahui siapapun. Keempat anbu itu memiliki kemampuan hebat untuk bisa menghilangkan jejak mereka, termasuk aroma mereka. Mereka harus sangat berhati-hati apalagi dengan Klan Inuzuka yang dapat melacak mereka dengan mudah.

Tak berselang lama, terdengar langkah kaki seseorang yang mendekat. Suara langkah kaki itu semakin jelas hingga bayangan seorang perempuan terlihat berjalan kearah mereka. Langkah kaki itu berhenti saat sudah berhadapan dengan Danzo.

"Kau terlambat Nona Haruno" tegur Danzo dingin. Haruno itu memasang wajah datar. 

"Maaf" ucapnya dingin, Danzo menatap tajam gadis didepannya. Kemudian Danzo melempar jubah berwarna krim kearah gadis didepannya. Dengan sigap, ia menangkap jubah bertudung itu.

"Pakai itu! Aku tidak mau ada orang yang melihatmu. Apalagi orang-orang akan mengenalimu diperjalanan karena rambut mencolokmu itu!" Perintah Danzo seraya menunjuk rambut pink sepunggung itu. Gadis pink itu menatap jubah yang berada ditangan kanannya datar. Tanpa suara, ia segera memakai jubah itu dan menutupi rambut merah mudanya dengan tudung kepala.

Danzo berbalik membelakangi gadis merah muda itu dan menatap anbu-anbu dibelakangnya seolah memberi isyarat. "Kita berangkat. Ingat, jangan sampai kita meninggalkan jejak. Anggap ini sebagai tugas rahasia negara!" Keempat anbu itu mengangguk mendengar perintah Danzo.

"Dan juga..." Danzo kembali berbalik menatap Haruno yang kini telah berjubah. "Mulai sekarang kau adalah pengkhianat. Aku minta padamu untuk menyerahkan ikat kepala shinobi itu padaku!" Perintah Danzo sambil menunjuk ikat kepala merah muda gelap yang bertengger diatas kepala Haruno itu yang tersembunyi dibalik tudungnya

Haruno itu, Sakura menurunkan tudungnya pelan. Tangan kananya terangkat dan melepas ikat kepala shinobi miliknya itu. Ikat kepala itu perlahan turun mengikuti rambut panjang Sakura. Hingga akhirnya ikat kepala itu berhasil terlepas. Sakura menggenggam benda berharganya itu dan menatapnya dalam. Ia menghembuskan nafas kemudian menatap Danzo datar.

Sakura melempar ikat kepala yang susah payah ia dapatkan itu didepan Danzo. Danzo hanya diam menperhatikan.

"Simpan saja itu!" Tunjuk Sakura, Danzo mendengus kemudian salah satu anbu maju dan mengambil ikat kepala merah muda Sakura.

"Kita berangkat!" Perintah Danzo mutlak.

***

"Hari ini aku pergi. Ya, aku pergi saat aku tengah berulang tahun. Aku pergi saat aku masih dalam penantian. Pergi mengemban tugas sebagai 'pengkhianat' desa, melupakan segala hal yang telah kucapai dan kubangun dengan susah payah. Kau tau, aku sangat berharap untuk melihat 'dia' sebelum aku pergi. Tapi sepertinya, takdir berkata lain. Takdir tak ingin aku melihatnya walau untuk terakhir kalinya aku memohon."

"Mulai hari ini, nama Haruno Sakura, nama yang telah kujaga baik-baik, tercoreng sebagai seorang pengkhianat. Ah apa jika Sasuke tau aku tidak didesa, ia akan mencari ku? Hahaha itu mustahil. Aku yakin kini ia tengah berbahagia dengan orang lain. Cih, kau benar-benar lemah Sakura. Mulai hari ini kau akan dikenal sebagai penjahat yang haus darah, mulai detik ini kau akan menjadi orang tanpa seulas senyum. Dan kau akan menjadi orang yang lupa dengan sesuatu yang disebut 'Cinta' "

"Bunga dimusim semi berubah menghitam tak berperasaan"

♡♡♡♡♡♡♡

Vote and comment. Saran dan kritik selalu diterima.
No bully!!

Masih baru dan masih belajar 💙💖💙💖



You are everything to meWhere stories live. Discover now