Ar
Tadi gue gak percaya diri
Mau ngancem lagi takut dianya marah
Gila parah
Sekarang udah mendingan sih
Alvino Lander
Lo masih gak sadar, ar?
Ar
Gak sadar apa
Anj
Seneng banget gue malam ini
Adrian
Dasar aneh
Ar
Aneh apanya woi
Adrian
Lo
Harry
Hus jangan ganggu lo @Adrian
Alvino Lander
Dianya beneran gak mau ngaku apa gimana, sih? @Harry kasih tau gih
Harry
'Hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga' ♫ ♫ ♫
Zaky
Nyanyi buat nyindir diri sendiri Har?
Harry
-_-
"Apaan? Nggak jelas semua." Arya menggerutu sementara dia mendengar suara berisik dari belakangnya. Sudah belasan menit berlalu dan dia juga sempat mendengar mamanya melarang Alya yang ingin membantu cuci piring.
Ada suara orang yang berlari dan teriakan Dias. Juga suara Mama yang menyuruh Dias untuk berhenti berteriak. Di antara suara-suara itu, Arya mendengar Alya sedang berbincang dengan mamanya. Tak lama suara pintu ditutup bergantian. Arya menoleh dan tinggal hanya Alya yang berdiri sembari memegang tali tasnya.
"Puas makannya?" ejek Arya sambil tersenyum miring. "Makan lo kayak kuli juga, ya...."
"Diem." Alya menghampirinya sambil menghentakkan kaki. "Itu karena gue kelaperan, tahu? Belum makan dari siang juga gara-gara lo. Gue kalau makan nggak nambah, kok." Dia berhenti di dekat Arya. Matanya melirik ke arah lain. "Paling nambah satu sendok nasi doang...," katanya dengan suara pelan. "Udah untung gue nerima tawaran lo buat pergi bareng. Jadi nggak usah pasang muka ngejek gitu, bisa?"
Arya tetap menatap Alya dengan tatapan mengejek. Alya duduk di sampingnya dan menatapnya kesal.
"Jadi, lo ngajakin gue ke rumah lo cuma buat makan doang?" tanya Alya bingung.
"Siapa juga yang ngajakin lo? Kebetulan aja lo kelaperan dan nyokap masak," balas Arya sambil menatap ponselnya.
"Tapi tadi...." Alya berhenti. "Tahu nggak? Hari ini lo aneh banget."
Arya yang mendengar itu langsung menaikkan alisnya, heran. Dia menoleh kepada Alya dengan tatapan serius. "Aneh gimana?"
"Ya..., aneh aja!"
Tak lama setelah Alya mengucapkan itu, Dias muncul di depan mereka melewati televisi. Perhatian mereka teralihkan sejenak.
"Mau ikut gue nggak?" tanya Arya tiba-tiba.
Alya mengernyit. "Ke mana?"
"CIE! Yang pengin pacaran berduaaaan!" Dias kembali muncul di depan televisi dengan botol air minum di tangannya. "Kakak Alya jangan mau sama dia! Dia itu playboy!"
"Dias, sana masuk kamar!" seru Arya tegas. Alya melihat raut wajahnya yang serius. Setelah menyuarakkan seruan itu, Dias mencibir dan pergi dari hadapan mereka sambil memeluk botol.
Alya menganga. "Kok gitu, sih? Kalau Kak Rully yang nyuruh gue pasti sambil ngelemparin gue sesuatu. Lo? Cuma modal masang muka sangar yang bukan lo banget, adik lo langsung ciut." Alya menggeleng tak percaya. "Gue dari tadi merhatiin, lo nggak ada jail-jailnya ke satu pun adik lo! Nggak adil."
"Kenapa nggak adil?"
"Ya masa sih lo jailnya minta ampun ke orang lain, sedangkan ke adik sendiri kayak gitu? Lo pasti anak pungut ya di rumah ini? Makanya nggak berani isengin mereka?"
"Lo ngomong apa, hem?" Arya memandang cewek itu sambil menyengir. Dia berdiri, lalu menarik Alya agar ikut berdiri. "Pokoknya lo harus ikut gue."
"Ke mana?"
"Bersenang-senang."
***
.
thanks for reading!
love,
YOU ARE READING
Sayang
Teen FictionTERBIT 📖 - "Siapa yang bernama Sayang di sini?" teriak panitia itu, membuat sebagian orang di sana menahan tawa sekaligus penasaran. "Ayo ngaku aja." Alya mengangkat wajahnya. "Sayang...," panggil cowok itu lagi, membuat Alya melihat ke sekelilingn...
BAB - 25
Start from the beginning