BAB -13

103K 11.8K 206
                                    

note: seriuus kemarin lupa update. dan baru ingat sekarang karena kemarin sibuk tidur

gantinya besok, hari Minggu, baru update part 14. Pagi, sore, malam?

selamat membacaa!

___

Setelah Rifal menyebut Sayang, Alya semakin tak berkutik.

"Sayang?" Itu adalah kata tanya yang keluar dari bibir Alya dibarengi dengan tawa kecil yang terkesan kaku. Selama ini, hanya satu orang selain keluarganya yang pernah memanggilnya Sayang, yaitu Arya.

Jelas berbeda saat Rifal menyebutnya Sayang dan saat Arya yang menyebutnya Sayang. Yang satu akan membuatnya berdebar, sementara yang satunya lagi hanya akan membuat emosinya terkuras.

"Iya." Rifal mengangguk singkat. Cowok itu menyandarkan punggungnya di dinding, membuat Alya tak bisa berpaling. "Habisnya, gue denger-denger ada yang belakangan ini nyebut lo Sayang."

Alya tertawa. Dia ikut bersandar di dinding. Tanpa sadar, jemarinya memilin ujung kemeja SMA-nya.

Astaga. Alya ... ini bukan lo banget, batinnya, setelah menyadari bagaimana tubuhnya merespons saat berada di samping Rifal.

"Cowok itu nyebelin. Sok kenal. Sok dekat. Suka ganggu dan nggak tahu diri." Alya bicara apa adanya, sebagaimana dia tahu Arya selama ini.

"Mau gue bantuin supaya dia nggak ganggu lo lagi?" tawar Rifal.

Alya langsung menggeleng tak enak. "Nggak usah. Ngapain juga? Nanti dia capek sendiri."

"Asal lo nggak gubris, dia perlahan bakalan berhenti gangguin lo, kok," kata Rifal pelan. Alya mendongak ke sampingnya sementara Rifal menatap lurus ke depan. "Kecuali, kalau lo sengaja hirauin." Rifal tiba-tiba menoleh dan mengunci tatapan Alya. "Lo nggak suka dia, kan?"

Alya menahan tawa. Ada sesak bersamaan yang terasa di dadanya. "Ya, enggaklah." Gue sukanya sama lo. Gimana, sih? Alya menunduk. Andaikan segampang itu mengungkapkannya secara langsung.

Terlalu senang bertemu dengan Rifal, Alya jadi lupa bahwa Rifal sudah pasti punya pacar lagi. Kecuali jika Rifal dan pacarnya sudah putus atau mungkin saja, cewek waktu itu bukan pacar Rifal? Tak ada hal yang bisa menguatkan opsi terakhir. Sangat jelas, bagaimana Rifal memperlakukan cewek itu seperti bagaimana dulu Rifal memperlakukan pacar—yang sudah menjadi mantannya. Dia juga tak mungkin tiba-tiba bertanya apakah Rifal sudah punya pacar untuk memperjelas spekulasinya. Nanti kesannya aneh dan Alya tak ingin Rifal berpikir aneh-aneh tentangnya.

"Gue ke kelas, ya." Rifal menegakkan punggung dan menatap Alya dengan tatapan yang membuat Alya tak tahan. "Sampai ketemu lagi."

Alya membalasnya dengan senyuman. Senyumnya langsung hilang saat Rifal tiba-tiba berbalik menatapnya lagi.

"Ke depannya mungkin kita bakalan jarang ketemu. Soalnya gue ada urusan di luar sekolah. Lo kelas berapa?"

"Sepuluh tiga...."

Rifal mengangguk. "Oke. Sepuluh tiga." Kemudian dia berbalik, melanjutkan langkahnya menuju kelas. Sementara Alya kembali tersenyum semringah. Alasan Rifal yang mengatakan bahwa dia ada urusan di luar sekolah sudah bukan hal asing lagi bagi Alya. Pasti tak jauh-jauh dari nongkrong dengan teman-temannya, membolos dari sekolah, atau hal lainnya.

Alya berbalik untuk pergi dari sana dan dia membelalak saat wajah seseorang muncul di hadapannya secara tiba-tiba.

"Kok Sayang senyum-senyum sendiri, sih?" tanya Arya dengan tatapan penasaran dengan raut wajah serius. Cowok itu kembali berdiri tegak.

"Ngapain lo di sini!" bentak Alya.

Arya menatap Rifal yang masih berjalan membelakanginya, lalu tatapannya beralih ke Alya. "Senyum-senyum, heh? Lo suka ya sama cowok tadi?"

"Nggak, ya! Minggir sana!" Alya mendorong Arya dan cepat-cepat pergi dari hadapan cowok itu.

"Gue laporin ke dia, ah. Nama cowok yang lo suka itu Rifal, 'kan?"

Alya berhenti melangkah.

"Kelasnya di XII IPS 3, sekelas temen-temen gue si Zaky, Harry, Vino," lanjut Arya, semakin membuat Alya tak berkutik. "Bangkunya di bangku terakhir paling pojok."

Kalau Arya tahu sedetail itu, Alya tak mungkin langsung pergi. Dia berbalik dan melihat Arya masih berdiri santai di dekat dinding. Jantung Alya kembali berdebar kencang saat melihat Rifal sedang berdiri di koridor kelas XII IPS 3. Untungnya, Rifal sedang membelakanginya dan ternyata dia belum masuk kelas.

"Nah, itu tuh." Arya menunjuk Rifal dengan senyuman iblisnya. "Gue panggil sekarang, nih? Riii—mph—" Ucapan Arya berhenti karena Alya membekap mulutnya dengan kuat. Alya menarik Arya menuju dekat tangga dan sengaja bersembunyi di bawahnya.

"Lo nggak mau banget, ya, Rifal tahu perasaan lo?" Arya pura-pura berpikir. "Oh, apa karena faktanya Rifal udah punya cewek? Masuk akal. Masuk akal." Arya mengangguk-angguk sok mengerti.

"Berhenti! Mau lo apa, sih? Gue tuh nggak suka sama dia!" kata Alya penuh penekanan.

"Berarti, kalau gue kasih tahu Rifal, nggak apa-apa, dong? Kan lo nggak suka sama dia. Jadi, tinggal bilang, 'nggak usah percaya sama cowok sok kenal sok dekat itu.'" Arya menyejajarkan wajahnya dengan Alya. Perkataannya tadi membuat Alya terkejut. Berarti, sejak tadi Arya menguping! "Lagian, kalau gue jadi Rifal, gue bakalan tahu lo itu jelas-jelas suka sama gue," lanjut Arya. Dia tersenyum mengejek. "Kentara. Dari cara lo natap cowok itu dan bagaimana gerak-gerik lo di dekatnya. Beda banget saat lo di hadapan cowok lain."

Alya kehabisan cara untuk melawan. Selama beberapa minggu ini hampir setiap hari dia diusili oleh Arya, membuat Alya tiba-tiba berpikir bahwa sepertinya tak ada kata lelah bagi Arya untuk membuatnya kesal.

"Ngaku, dong. Ke gue aja. Gue bisa jaga rahasia." Arya menaik-turunkan alisnya. "Kalau lo ngaku, cuma gue dan lo manusia yang tahu siapa cowok yang lo suka."

"Iya, gue suka sama dia. Puas?" Alya benar-benar sudah habis kesabaran. "Gue bisa nebak apa yang lo rencanain! Lo sengaja kan ngebuat gue ngaku supaya lo bisa manfaatin keadaan, kan?"

Arya hanya tersenyum, membuat Alya mengepalkan tangannya. "Lo pilih mana. Gue nangis atau gue nampar lo?"

Arya bingung. "Buat apa?"

"Tinggal pilih aja!"

"Lo nampar gue?" tanya Arya tanpa pikir panjang.

PLAK

"Aw...." Arya berujar pelan sembari memegang pipinya. Dia terlalu kaget.

"Habisnya lo ngeselin banget!" teriak Alya, lalu pergi dari hadapan cowok itu.

***


thanks for reading!

love,

sirhayani

SayangWhere stories live. Discover now