BAB - 24

89K 10.2K 875
                                    


Arya mondar-mandir di dekat motornya dengan gelisah. Entah sudah terhitung berapa kali dia tertawa. Menertawai dirinya sendiri karena telah melakukan hal yang menurutnya tak wajar.

"Ngapain gue nggak nekat manjat pohon, terus teriak di depan jendelanya? Pasti dia panik." Arya meninju udara sambil terus berjalan. "Kan tadi rencananya kayak gitu. Kenapa akhirnya malah kayak stalker dari tadi di sini mulu?"

Arya berhenti di dekat motornya. Sebelum naik ke motor, dia melihat ke jendela kamar Alya yang sedikit terbuka. Tiba-tiba terbersit keinginan untuk melakukan hal gila seperti pagi itu. Namun, dia langsung menggeleng dan segera memakai helmnya.

"Gini banget, ya?" Arya tersenyum masam dan mulai melajukan motornya.

"WOI." Teriakan itu memang terdengar samar, tetapi Arya menghentikan motor ketika melihat Alya lewat spion motornya. Dia menoleh. Alya tadi berlari dan kini mulai melangkah pelan saat jaraknya dengan Arya sudah dekat.

"Jadi pergi bareng nggak, nih?" tanya Alya tanpa memandangnya.

Arya mengangguk dan tersenyum di balik helmnya.

***

"Jadi, maksud lo pergi bareng itu...." Alya berdiri kaku menatap rumah di depannya. Dia menatap Arya yang sedang membuka helm. "Ke rumah lo?"

Arya mengangkat alisnya. "Iya. Kenapa muka lo kayak gitu?"

"Ngapain lo ngajakin gue ke sini?" Alya menyipitkan mata.

"Tenang di rumah banyak orang, kok." Arya turun dari motornya dan menarik tangan Alya, menuntunnya untuk masuk.

Mereka tiba saat matahari sudah terbenam dan setibanya Alya di halaman rumah itu, Alya langsung menebak asal bahwa rumah di depannya itu adalah rumah keluarga Arya.

"Nggak usah gugup, santai aja," sahut Arya.

"Dih, siapa yang gugup?" omel Alya. "Emang gue itu pacar lo terus gugup karena bentar lagi bakalan ketemu sama calon mertua gitu?" Alya memutar bola matanya. "Emang gue elo?"

Arya tidak menjawab. Cowok itu hanya menunduk dan melihatnya dalam diam. Alya mengerutkan kening dan segera membuang muka saat cowok itu tersenyum kepadanya. Tersadar dengan sebuah tangan yang ternyata sudah memegangnya sejak tadi, dia langsung menarik tangannya menjauh. Arya kemudian membuka pintu dan suara berisik di rumah itu mulai terdengar lebih jelas. Saat di depan pintu tadi, Alya memang mendengar suara teriakan anak.

Di ruang tamu, ada seorang cowok kira-kira masih SMP sedang merangkak. Ada seorang anak laki-laki kecil di atas punggungnya. Mereka bermain kuda. Si anak SMP langsung berhenti bergerak saat melihat Arya dan Alya. Anak SMP itu kemudian berdiri sambil menggendong anak laki-laki itu di punggungnya.

"Abi, Abi. Lihat, tuh. Kakak Arya bawa cewek!" Si cowok SMP menyeringai ke Alya. "Kok mau sih sama dia?"

Alya melotot. "Maksud lo apaan nanya kayak gitu?"

"Wih, galak." Cowok itu menoleh ke belakang, melihat si anak laki-laki. "Abi, mau main ke rumah aku aja?"

"Mauuu!" teriak anak laki-laki bernama Abi itu dengan semangat.

"Pesawat berangkat!" teriak cowok itu.

"NGEENG!" teriak Abi dan cowok itu berlari keluar dari rumah.

"Itu suara motor!"

"Teyus gimana?"

"Gimana, ya? Kayak gini, 'TUUUUUT. TUT. TUT.'"

"Itu keleta!"

Sayangजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें