BAB - 11

127K 12K 1.7K
                                    


"Pokoknya ya, nggak usah ngelakuin hal aneh-aneh kayak kemarin lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pokoknya ya, nggak usah ngelakuin hal aneh-aneh kayak kemarin lagi." Alya mengikat rambutnya sambil berteriak dari dalam kamarnya. Sementara jemari kakinya berusaha membuka lemari untuk mengambil sepasang kaos kaki putih di sana. "Tahu nggak? Setiap hal yang lo lakuin tuh konyol. Lo ngapain, sih, pakai ngedrama segala di depan cowok yang kelakuannya mirip lo itu? Nggak guna banget. Sekali lagi lo ngelakuin hal yang aneh-aneh, lihat aja!"

"Ada apa lagi, Al? Masih pagi udah ribut-ribut," kata Mama yang suaranya terdengar dari luar.

"Biasa, Ma. Kak Rully buat ulah lagi, tuh," balas Alya berusaha sabar. Dia memasukkan buku-buku materi pelajaran hari ini sambil menggerutu. Dia membuang tasnya ke kasur, lalu melangkah ke kamar Rully.

"WOI! LO DENGER GUE, KAN?" Alya menendang pintu kamar Rully. Karena tak ada suara, dia membuka pintu kamar Rully yang tidak terkunci. Rully masih tertidur lelap. Tak bergerak sedikit pun. Alya masuk ke kamar itu dan langsung menarik kaki Rully yang berat. "BANGUN! NANTI GUE TELAT!"

Rully mengangkat tangannya. Dengan mata terpejam dia bersuara, "Sana-sana! Tutup pintunya," katanya sambil menggerakkan tangannya, mengusir.

"Ma! Kak Rully nggak mau bangun!" teriak Alya.

Alya mengambil bantal yang ada di lantai, lalu melemparnya ke kepala Rully. Alya kembali masuk ke kamarnya setelah Mama datang untuk membangunkan Rully.

Alya sedang duduk di tepi tempat tidur untuk memakai kaos kaki. Saat kaos kaki sebelah kirinya baru akan dia pasang, nada LINE terdengar dua kali. Alya melihat dari siapa pesan itu masuk. Baru melihat namanya saja, Alya sudah berdecak.

Arya: Woi

Arya: Gue jemput ya

Arya: Gue otw nih ke rumah lo

Arya: See you i love you

Alya melebarkan bola mata. Dia segera berdiri dan melompat-lompat saat memakai sebelah kaos kakinya. Dia mengambil tasnya dan lari terbirit-birit ke luar rumah tanpa sarapan pagi. Dia mencari kendaraan apa pun dan siapa pun yang bisa mengantarnya sampai ke sekolah karena tak ada harapan lagi untuk menunggu Rully yang saat ini kakinya dipaksa turun oleh Mama dari atas tempat tidur.

***

Arya tiba kurang dari sepuluh menit setelah mengirimkan pesan kepada Alya. Dia duduk di samping motornya sambil bersedekap dan merenungkan kesalahan apa yang baru saja dia lakukan. Alya tak muncul juga setelah dia memberitahukan lewat pesan bahwa dia telah tiba baru saja dan sudah ada di depan rumah cewek itu.

Sosok cowok keluar dari pintu rumah yang sudah terbuka lebar sejak tadi. Cowok itu, cowok yang sama dengan yang Arya lihat kemarin: Rully. Arya mendengkus. Dia benar-benar ditipu rupanya. Rully bukan lah pacar Alya seperti hal konyol yang Rully lakukan kemarin, melainkan Rully adalah kakak Alya. Entah apa maksud Rully bersikap seaneh itu.

SayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang