BAB - 10

121K 13.6K 1.5K
                                    

___

Arya baru saja keluar dari warung. Dia naik ke motor dan memakai helm hitamnya. Tepat saat kaca riben helmnya tertutup, pandangannya tertuju pada seseorang berseragam SMA yang berjalan di sepanjang trotoar depan sekolah. Arya tanpa sadar menyunggingkan senyum. Dia melajukan motornya menyeberangi jalan, lalu melajukan motornya pelan sambil mengikuti langkah Alya.

"Cewek?" panggil Arya sengaja. "Alya! Sayang!"

Namun, sosok yang dia panggil tak menoleh sedikit pun. Arya memarkirkan motornya dan menaruh helmnya di spion, kemudian menyusul Alya yang masih tak menyadari kehadirannya.

Arya langsung mencabut earphone dari telinga Alya setelah tahu penyebab mengapa cewek itu tidak menggubrisnya sejak tadi. Langkah Alya pun terhenti karena Arya menghalangi jalan cewek itu.

Arya menaikkan satu sudut bibirnya. "Pantesan nggak dengerin gue."

Alya melirik malas, lalu kembali berjalan melewati Arya sambil menghela napas.

"Lo nyuekin gue?" tanya Arya kembali menghalangi jalan Alya. Alya kembali berhenti dan menatapnya berang.

"Ngapain, sih?" tanya Alya kesal.

"Gue lagi berusaha menahan lo pergi."

"Ngomong apa."

"Sayang, mau pulang bareng aw—" Arya memegang dadanya karena baru saja ditinju oleh Alya. Dia bersandar ke pohon pura-pura lemah mencari sandaran. "Hati gue. Lo ninju hati gue."

"Berhenti bersikap nyebelin, bisa?" tanya Alya. Arya membalasnya dengan cengiran lebar.

Alya yang tadi memasang raut galak, tiba-tiba berubah terkejut. Arya mengikuti arah pandang Alya dan melihat seorang cowok yang sama dilihatnya pagi itu tiba-tiba muncul dengan sebuah helm yang terpasang di kepala.

"Bukannya lo di warnet?" tanya Alya pada Rully.

"Tadinya. Sekarang kan gue di sini," balas Rully sembari melirik Arya. Arya menatapnya dengan tatapan menyipit, seperti sedang menilainya.

Alya langsung memasang muka galak pada Rully. "Lo ngerjain gue, ya?"

Rully melemparkan senyum dan mengedipkan matanya, membuat Alya menatap kakaknya itu ngeri. "Ngapain, sih?"

"Oh, ternyata selama ini lo selingkuh di belakang gue?" Rully menarik pergelangan tangan Alya sangat kencang hingga membuat Alya hampir jatuh dari trotoar. Arya yang tadi sedang menonton sambil bersedekap langsung sigap berdiri tegap melihat Rully dengan amarah.

"Woi, ngapain sih lo?" tanya Arya marah.

"Lepasin! Lo ngapain, sih?" tanya Alya, berusaha melepaskan cekalan Rully yang benar-benar kencang. Membuat Alya terkadang meringis saat berusaha melepaskan diri. Sementara Rully berusaha menariknya. Alya menahan dirinya di tempat, tak ingin berpindah sebelum Rully melepaskannya. Sehingga yang terlihat adalah Rully memaksa Alya—yang tidak ingin pergi—untuk ikut dengannya.

"Itu cewek lo kesakitan, Sat. Lepas!" teriak Arya tak terima.

Rully semakin menarik Alya menuju motornya. "Ini urusan gue sama cewek gue ngapain lo ikut campur, hah?"

"Oh, God." Tangan Alya yang bebas meremas rambutnya frustrasi. "Lo lagi ngedrama? Buat apa cobaaa?" tanya Alya saat sadar kakaknya sedang akting.

"Lo nggak boleh sekasar itu dong sama cewek," kata Arya santai. Rully melepaskan cekalannya pada Alya. Dia langsung menghampiri Arya dan menarik kerah kemeja sekolah Arya.

"Woa. Woa. Woa." Arya mengangkat kedua tangannya. "Santai, Bro. Gue nggak mau ada baku hantam."

"Lo ngomong apa tadi? Terserah gue dong mau ngapain aja ke cewek gue," kata Rully nyolot.

SayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang