Aksa.

886 126 29
                                    

🎈

Suasana mulai mereda, hening dan terasa dingin karena Nyonya Song berhasil menyeret Min Hyeji keluar—lebih tepatnya dengan bagian keamanan rumah sakit.

"Jin, kau tak apa?" Tanya Taehyung.

Seokjin hanya menatap kosong, tak mampu menjawab kecuali tangannya yang terlihat gemetar tertahan.

Taehyung teramat sangat khawatir, hal yang selama ini ia takutkan ternyata benar; Min Hyeji datang menemui Seokjin dan menggila. Beruntung ia dan Namjoon tepat waktu.

"Tenangkan Seokjin selagi aku mengurus ini."

Namjoon menitipkan pesan sebelum pergi bersama pihak rumah sakit karena dimintai keterangan atas keributan yang terjadi.

Alhasil, Taehyung terduduk diam di sebelahnya. Tampilan Seokjin membaik sekarang—meski wajahnya tertutupi beberapa plester, namun memar masih dapat terlihat.

Taehyung tak tahu harus berkata apa selain menepuk punggung tangan itu perlahan, berusaha 'tuk menghangatkan tangan Seokjin sekaligus menenangkannya.

Satu-dua air bening lolos tanpa aba-aba dari kedua pelupuk mata Seokjin, "Ah! Maaf—" keluhnya sembari mengusap mata dengan tangan secara kasar. Taehyung menyadari hal itu, lirih ia berkata, "Tak apa, keluarkan saja ... Menangislah ...."

Tak lama, kepala Seokjin tertunduk dalam, memejam mata erat, punggungnya terlihat tertekuk, ia mengigit bibir bawah kuat-kuat; hendak ditahan namun tak bisa, rasa sesak yang telah ia tahan selama satu tahun terakhir kini telah berada di ujung tanduk, sudah tak bisa 'tuk ditolerir lagi. Jantung Seokjin serasa digerus habis-ia menangis hebat tanpa suara.

Ah, pada akhirnya, tembok itu runtuh juga.

Taehyung hanya bisa terdiam, hendak ikut menangis namun tak boleh—Ia dengan tergesa segera mengusap kasar matanya. Ikut merasakan sakit yang dirasakan Seokjin, teramat perih malah. Tetapi punggung pemuda ini tetap tegak, meski hatinya sama sakit, ia berusaha mengurangi beban Seokjin dengan tak ikut menangis dan mengusap pundak lelaki itu.




______________

"Sudah lebih baik?" Ucap Namjoon pada salah satunya ketika menghampiri kedua pemuda di hadapan.

Seokjin hanya terangguk kecil, tak mampu bicara karena suaranya pasti akan terdengar aneh (dan itu sangat memalukan).

Taehyung menghela napas lega, ia bersyukur bisa membuat Seokjin kini lebih terbuka tentang masalah pelik yang tengah dihadapi. Jadi, melirik pelan pada Seokjin ia lantas berkata, "Kau tahu, kau tidak perlu meminta maaf padaku. Pertengkaran antar sahabat itu wajar, yang terpenting adalah kita dapat lebih memahami satu sama lain." Dengan senyum samar ia berkata demikian.

"Kadang bertengkar itu perlu. Iya 'kan, Hyung?" Tawa terdengar setelahnya. Menyisakan Namjoon yang ikut terkekeh pelan kemudian berusaha menghibur Seokjin yang tengah terkurung di ranjang pesakitan. "Benar ... Jin, lain kali jika kau memiliki masalah dan tak tahu harus bagaimana, ceritakan saja ... Kau tak harus memikul beban itu sendirian yang pada akhirnya justru membuatmu celaka."

"Iya, aku mengerti. Terima kasih banyak, Tae, Namjoon-hyung." Seokjin menjawab disertai suara yang parau.

Namjoon terangguk, lesung pipinya terlihat sebelah, mendehem pelan sebelum akhirnya menyampaikan angin segar pada Seokjin. "Ah iya, Jin. Kau ingin menjenguk Yoongi? Dokter bilang kau boleh pergi melihat."

BERILIUMOnde as histórias ganham vida. Descobre agora