Menaruh Curiga.

2.4K 331 104
                                    

"Ada seseorang yang hendak memasuki rumah kita."

Seokjin bingung, ia masih memerhatikan tempat yang ditunjuk oleh Yoongi dengan memicingkan mata.

"Mungkin kau salah lihat ... Tak ada siapapun di sana." Seraya kembali melangkahkan tungkai.

"Aku benar melihatnya hyung ... Ia hendak memasuki rumah lewat jendela ... Tapi kemudian berlari, sepertinya ia melihat kita ...." Yoongi kembali mengikuti langkah Seokjin.

Hal itu tak digubris oleh Seokjin. Ia kukuh pada pendiriannya, "Salah lihat, kau terlalu banyak menonton film, Yoon. Mana mungkin ada perampok yang bekerja siang hari?" Logika Seokjin berkata demikian, disambung oleh dengusan pelan Yoongi.

Ia menyerah.

🎈


Selalu seperti ini.

Empat kursi kayu mahoni lengkap dengan meja bundar itu hanya terduduki oleh dua orang saja, menjadikan suasana ruang makan di keluarga Min sunyi senyap. Tak ada ayah yang duduk sebagai kepala keluarga, apalagi sang ibu yang menyediakan nasi bila anaknya meminta tambahan.

Seokjin dan Yoongi hanya berdua di sana.

Hening.

Hanya suara dentingan sendok yang beradu kasar dengan permukaan piring.

Min Hyeji kali ini pulang larut malam, tak peduli dengan kondisi perut anak-anak mereka yang sudah merongrong minta diisi. Habis sudah waktunya 'tuk mengisi kegiatan pekerjaan dilanjut dengan hiburan malam bersama teman kantornya.

Sungguh, ibu yang pengertian.

Seokjin tiba-tiba menghentikan kegiatannya, nasi dan lauk masih tersisa di atas piring namun ia telah menyimpan sendok dan lekas membasahi kerongkongannya, "Aku ke kamar dulu."

Kemudian meninggalkan Yoongi sendirian, tungkainya melangkah maju, menuju lantai dua dengan ritme yang cukup cepat.

Berbelok kanan, mendekati jendela yang terletak di ujung lorong rumah, tujuannya adalah itu. Cukup untuk mengelabui Yoongi yang tengah berselera makan meskipun rasanya selalu sama—hambar.

Lupakan masalah masakan Seokjin yang hambar, kini pemuda itu telah sampai di tempat tujuannya. Mengintip disebalik tirai, ia bisa melihat halaman rumah keluarga Min yang cukup luas, namun saat ini atmosfernya sangat berbeda; dengan lampu temaram dan rumput liar yang telah mengakar di sana membuat siapapun yang melihat pada malam hari akan bergidik ngeri dibuatnya.

'Aku ... Tak salah lihat kan?'

Ia bergumam kecil, seraya menelisik setiap senti halaman belakang keluarga Min dengan kedua netranya.

'Ada seseorang di sana, aku bisa melihat bayangan itu. Di balik tirai jendela dapur ... Tepat di belakang Yoongi ....'

Oh, Seokjin kini sangat khawatir.

'Stalker? Atau hanya orang lewat?'

Ia tak melihat sesosok pun di sana, yang ada hanyalah rembulan yang menyembul di angkasa, menghiasi langit malam.

Satu helaan napas pelan ia keluarkan. Kemudian berbalik badan, hendak kembali duduk di meja makan dan siap menjawab segala pertanyaan yang akan Yoongi lontarkan padanya.

'Mungkin ... Halusinasiku saja.'






Seokjin pun kembali terduduk di sana, presensi Yoongi masihlah sama—sendok di tangan kanan dan pandangan ke arah layar ponsel yang diletakkan di sebelah kiri. Hampir tak menyadari jikalau kakaknya kini telah kembali.

BERILIUMWhere stories live. Discover now