Pikiran Rumit Seokjin.

1.7K 226 34
                                    

So ... Here we go! :3
Hope you like it!! 💜
Enjoy!

____________

Air tengah mengalir, dan piring masih tergenggam erat di tangan Seokjin; ia memutuskan 'tuk melakukan beberapa pekerjaan rumah sebelum Min Hyeji pulang.

Itu yang betah bersarang dalam benak Seokjin sekarang.

Terlebih jikalau Min Hyeji mengetahui kondisi Yoongi saat ini; tak bersekolah di hari yang penting—ujian.

Jadi, dengan membersihkan rumah, setidaknya Seokjin tak harus membeli beberapa obat tambahan.

Mungkin.

"Hyung."

Mengedip lebih cepat sesaat, Seokjin menyadari jika sosok yang memanggilnya di balik punggung kini tengah menanti jawaban. "I-iya? Ada apa?"

Yoongi tak lama kemudian menghampiri, "Kau sudah lebih baik?" Tanya Seokjin dengan senyum, ia menghentikan kegiatan sejenak hanya 'tuk melihat keadaan adiknya itu.

Dibalas anggukan pelan, Seokjin kembali menatap keran di sana. Ia ingin mempercepat pekerjaan agar cepat selesai sebelum Yoongi menyadari sesuatu.

"Hyung,"

Ah, ia terlambat.

"kau baik-baik saja?"

Beberapa sekon kemudian, Seokjin mengangguk cepat. "Ya, aku baik-baik saja. Memangnya kenapa?" Ia menatap Yoongi seraya melontarkan senyum.

Mengusap tengkuk perlahan, Yoongi membalas dengan pandangan tertunduk, "M-maaf, aku kembali menceritakan hal buruk itu ... Tapi hyung, a-aku tak bisa ...."

"Melupakannya."

Seokjin menghela napas perlahan, "Memang seperti itu, bahkan kau merasa bersalah karenanya, hingga tak mampu berdiri kembali dengan kedua kakimu ... Jangan khawatir, Yoon. Sama sekali bukan salahmu ...." Kemudian Seokjin membalas pun bergumam pelan, "Salahku." Menatap pedih, luka itu kembali terasa berdesir nyata di hati Seokjin, berpikir jikalau saja ia tak membuka pintu pada malam itu mungkin—

'Ah, tidak.'

'Kepergian ayah sudah takdir, dan seberapa keras pun aku berandai-andai ....'

'Itu takkan bisa membuat kami kembali seperti dulu.'

Yoongi memiringkan kepala, ia agaknya tak mendengar dengan apa yang Seokjin gumamkan. "A-apa, hyung? Kau bicara apa? Sudahlah, aku bantu. Lama-lama kau terlihat seperti ibu-ibu cerewet." kemudian hendak meraih satu piring yang tersisa; membantu Seokjin 'tuk segera menyelesaikan pekerjaan itu.

Mungkin, karena siang ini panasnya terasa berlebihan. Jadi Seokjin berkata yang tidak-tidak.

Menaikkan satu alis, Seokjin menahan piring yang hendak diraih Yoongi dengan satu decakkan terdengar. "Hei, tak usah. Kau di kamar saja sana. Lagi pula kau ini masih sakit, jangan berbuat yang aneh-aneh! Sana, kembali tidur! Bukankah kau sendiri yang bilang tidur merupakan kegiatan yang kau sukai, iya 'kan?" Dengan satu tarikan napas, Seokjin tak henti berbicara ini-itu. Belum selesai, ia lanjut mengomeli Yoongi, "Dan apa-apaan dengan ibu-ibu cerewet itu? Huh? Aku tidak terlihat begitu, aku ini pemuda tulen dengan wajah yang—"

"Ya, kau ibu-ibu tua cerewet." Yoongi memotong dengan wajah datar pun alis menekuk; ia nampaknya cukup pening mendengar ocehan Seokjin.

Seokjin sedikit terdiam, "Apa?!"

BERILIUMWhere stories live. Discover now