Sebuah Permohonan.

1.8K 301 50
                                    

Selamat membaca! 💜

Semoga sukaa ^^

____________

Hoseok nampak tak terkejut dengan sosok yang telah menunggu—ralat, mengikutinya. "Kau membuntutiku ya," Ia berjalan mendekat pada sosok itu.

"Jin-hyung?"

Seokjin hanya tersenyum hambar, "Tak kusangka, kau memiliki maksud lain Hoseok. Kau mempermainkan adikku?" Tanya Seokjin tak kalah sengit, ia mendekatkan jarak pandangan antara dirinya dengan Hoseok.

"Tawaranku masih berlaku lho." Kata Hoseok, yang disambut dengusan pelan oleh Seokjin seraya kembali dengan senyuman masam di wajah.

"Tawaran?" Dahi Seokjin berkedut sesaat sebelum melanjutkan, "Ah, tawaran bodohmu itu?" Ia agaknya lupa.

"Ya ampun, selalu seperti ini ...." Hoseok menyerah, pikirannya telah lelah 'tuk berdebat. Toh, hari pun telah larut. Ia harus cepat kembali, "Pertimbangkanlah, hyung ... Dan jika kau berubah pikiran, kau bisa ke sana ... Pintu akan selalu terbuka untukmu." Hoseok mengakhiri obrolan petang itu dengan satu tepukan pelan di bahu Seokjin, kemudian ia berlalu.

Seokjin memang selalu seperti ini, berinsting tajam. Jangan juluki ia sebagai 'tukang penguntit' karena telah menguping pembicaraan antara sang adik dengan kedua temannya, Seokjin hanya mengikuti kata hati bahwa ada yang tak beres dengan makhluk pluto itu—Hoseok.





🎈

"Aku pulang," Seokjin mendorong pintu perlahan hingga menimbulkan derit cukup nyaring, cukup membuat seorang wanita menghampiri. "Ibu, sudah pulang?" Ia tersenyum, sangat langka bila Min Hyeji telah didapati di jam-jam saat ini—lima sore.

"Apa yang telah adikmu lakukan, hm?" Dengan kedua tangan dilipat, ia membuka pembicaraan tanpa sempat membiarkan Seokjin bernapas sejenak.

"Tak ada, bu. Ia tak melakukan apa-apa ...." Sambil menelan saliva perlahan, siap 'tuk memberi kebohongan lainnya. "Ka-kami hanya, makan beberapa camilan." Suara Seokjin makin surut, entah mengapa ia segan 'tuk melihat wajah sang ibu.

Min Hyeji tak percaya, "Lalu, jelaskan ini." Ia menunjukkan sebuah buku dengan tanda pengenal 'Jung Hoseok' di halaman depan buku tersebut.

"Ia mengadakan kerja kelompok di sini, iya 'kan? Kim Seokjin."

Seokjin mengedip lebih cepat sebelum ia menjawab, "Be-begini, ibu ... Sebenarnya—"

"Apa? Kau tak bisa mengelak lagi. Di mana dia, hm? Di mana Yoongi?!" Min Hyeji sekali lagi meninggikan suara, sedikit membuat Seokjin terlonjak.

Seokjin menghentikan gerakan sang ibu kala ia hendak berlari menemui Yoongi, "I-ibu, kumohon ... Ini bukan salahnya," Sepersekon kemudian, Seokjin mengatakan kalimat 'pembela' setelah Min Hyeji menaruh atensi padanya, "ini hanya salah paham ...." Dengan pandangan tak yakin, Seokjin berusaha melindungi Yoongi 'tuk kesekian kalinya.

"Dia ada di kamarnya 'kan?" Alih-alih menyudahi perdebatan, Min Hyeji justru mencari si anak bungsu.

Seokjin secara skeptis menggeleng. Berdalih, karena ia tahu jelas apa yang akan terjadi selepas itu. "Tidak bu, jangan ... Kumohon, a-aku yang salah ...." Jelas Seokjin parau, ia mencoba menjegal Min Hyeji; menahan dengan memberatkan langkah sang ibu agar tak leluasa bergerak.

Ah, Min Hyeji mengetahui hal ini.

Tanpa mengindahkan Seokjin, ia berlanjut. Dengan tenaga lebih pun langkah tegas menemui Yoongi yang berada di kamarnya. "Diam, Seokjin." Kata Min Hyeji.

BERILIUMWhere stories live. Discover now