Datang.

1.6K 208 141
                                    

🎈

"Aku pulang."

"Ah, Hoseok! Selamat datang!" Sapa seorang wanita dari dapur, ia nampak sibuk menyiapkan makan malam untuk anak-anak.

Hoseok kemudian menyimpan sepatu dengan rapi di dalam rak, lalu segera masuk dengan jas almamater yang dilonggarkan. "Hoseokie-hyung! Selamat datang!" Suara melengking terdengar, derap langkah kecil yang berat menghampiri Hoseok dalam sebuah keterkejutan, secara cepat pemuda kecil itu menghamburkan diri kedalam dekapan Hoseok.

"Uwah, kau semakin berat ya! Rindu padaku? Padahal 'kan aku hanya pulang lebih lambat." Sedikit kewalahan, Hoseok terkekeh seraya mengusak buntalan nan menggemaskan yang menyangkut di pinggangnya.

Anak itu lantas mendongakkan kepala, "Hoseokie-hyung yang tampan dan lupawan sepelti bunga di taman, membawa apa?" Ia penasaran dengan apa yang ada di dalam tas punggung Hoseok.

Sedikit mendecak gemas, Hoseok membalas, "Aish, kau memujiku karena ingin camilan 'kan? Tenang, hyung bawa makanan untuk kalian semua ... Bagi-bagi ya!" Lengkap dengan senyumnya, Hoseok mengeluarkan sebuah bingkisan dari dalam tas, tak lama, si bocah pun meloncat kegirangan seraya menyambar benda tersebut dari tangan Hoseok, "Aduh, Hyun-ki ... Jangan banyak-banyak ya? Nanti gigimu berlubang ...." cemasnya. Memang, Hyun-ki terbilang anak yang aktif; loncat sana-sini, berteriak banyak—seperti Hoseok, tak jarang pula ia memakan makanan manis berlebihan.

Mungkin karena usianya lima tahun, jadi Hyun-ki masih perlu diawasi secara ekstra kendati ia berkali-kali mencebik bila dibantu, menolak dengan kata; "Diam! Hoseokie-hyung, Hyun-ki bisa! Hyun-ki sudah besal!"

Sedikit mengingat tabiat bocah gembil satu itu, Hoseok tersadar akan kata-kata luar biasa dari Hyun-ki sebelumnya, "dan siapa yang mengajarimu memuji seperti itu, hm?" Kekeh Hoseok senang, perutnya terasa tergelitik kala Hyun-ki menyebutnya 'tampan dan rupawan'.

Hyun-ki menoleh, ia hendak pergi namun terhenti karena Hoseok masih mengajak  'tuk mengobrol. "Jiminie-hyung ...." celetuk mulut penuh itu tanpa dosa, "Katanya, jika mau dikasih makanan, Hyun-ki halus memuji Hoseokie-hyung yang baik-baik saja meski itu tidak benal ...."

Hoseok hanya bisa mendengarkan seraya tersenyum kecut dan berkata, "Ah, begitu ... Tapi, jangan dilakukan lagi ya? Hyung pasti akan memberi Hyun-ki makanan tanpa dipuji, lagi pula bohong itu 'kan—"

"Dosa. Maafkan Hyun-ki .... Hoseokie-hyung." Timpal Hyun-ki, ia terlihat menggemaskan meski bibir mungil itu mengerucut penuh noda. Hoseok terkekeh bangga, kemudian membersihkan dengan telaten seraya berkata, "Itu Hyun-ki tahu ... Hyung sudah maafkan Hyun-ki kok. Nah, sekarang, bagikan makanannya ya? Jangan dihabiskan sendiri ...." mengusap ujung kepala Hyun-ki, Hoseok tak ingin anak itu mendengarnya berteriak heboh pada 'si tinggi' Jimin. Disusul anggukan, Hyun-ki pergi menjauh dengan kaus biru bergambar brontosaurus miliknya.

Dirasa lelah, Hoseok mengusak wajah perlahan, pikiran pemuda itu penuh, sesak, terjejali segala urusan pelik yang  dihadapi, hingga ia memutuskan 'tuk cepat-cepat menelusuri lorong rumah.

Sampai di kamarnya, Hoseok menyimpan tas tepat di bawah meja belajar, mengeluarkan sebuah buku catatan setelah ia berhasil menyudahi udara panas yang dirasa dari dalam tubuh dengan melonggarkan dasi serta menyalakan kipas angin kecil di sudut kiri meja belajar. Ada beberapa notes tertempel di tembok—tepat dihadapannya, tidak banyak, hanya catatan tugas sekolah, serta pengingat kegiatan rutin setiap harinya, sementara buku-buku pelajaran tersimpan rapi tepat di bawah notes tersebut.

BERILIUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang