Sepercik Binar.

1.2K 194 62
                                    

🎈

"Ah, maafkan saya." Seokjin segera membungkuk pun merapikan barang setelah tak sengaja menabrak seorang wanita di persimpangan jalan dan membuat barang bawaannya berceceran; setelah pertikaian hebat dalam rumah, mengejar Yoongi dan membujuknya 'tuk kembali.

Sungguh, malam yang indah.

Sepersekon kemudian, Seokjin bergeming, terlebih kala wanita tersebut menyentuh bahu Seokjin dengan gemetar.

'Tunggu, tangan ini ....'

"Jinie?" Suara sang wanita menyentuh telinga. Seokjin nampak tak asing dengan suara tersebut, langkas ia mengangkat pandangan.

"N-Nyonya .... Song?" Ia tergemap, tak percaya dengan sosok yang tengah berdiri tegak di hadapan. Presensi wanita itu sama sekali tak berubah, mulai dari rahang tegasnya, pun sorot mata yang selalu berkilap.

Nyonya Song tak segan merengkuh tubuh ringkih milik Seokjin, ia meremas penuh kasih pemuda tersebut seraya berucap, "Astaga, kau sekarang sudah besar, ibu bahkan hampir tak mengenalimu ...." Raut wajah haru Nyonya Song tak dapat ditutupi.

Sedang Seokjin terlihat menatap nanar, ia tak menyangka dapat bertemu Nyonya Song setelah waktu yang lama.

"Bagaimana kabarmu? Hm? Seokjin tinggi ya ... Aku bahkan harus sedikit mendongak." Sedikit terdengar helaan napas diantara tawa yang terlontar, ia tak menyangka 'Jinie kecil'nya itu kini telah tumbuh menjadi pemuda tampan.

Seokjin kemudian tersenyum tipis, ia merindukan Nyonya Song. Sangat. Setelah terakhir bertemu, beberapa tahun lalu di bandara saat Seokjin masih kelas satu SMP, Nyonya Song bertolak ke Denmark.

"Ah, kami baik-baik saja ...." Jelas Seokjin, sementara sang adik masih mematung di belakang dengan pandangan tertunduk.

Sedikit mengerutkan alis secara samar, nampaknya Nyonya Song mendapati sudut bibir Seokjin terluka, "Aduh, bibirmu kenapa? Itu lebam dan berdarah banyak loh ...." ucapnya, seraya jemari terulur 'tuk menyentuh rahang kanan Seokjin dengan perlahan.

Lantas kekhawatiran Nyonya Song mencuat ke permukaan, terlebih setelah menyadari jikalau tak hanya Seokjin saja yang tengah dalam kondisi buruk—Yoongi pun nampak begitu.

"Seokjin, apa yang terjadi? Katakan padaku, hm? Kau kenapa?" Ia tak lekas melirik barang sedetik pun ke arah lain kecuali paras kedua pemuda yang tengah tertunduk di hadapan; menatap ragu, pun memakai kaus selapis di tengah udara dingin.

Helaan napas terlontar dari kedua belah mulut Nyonya Song, "Mengapa kalian bisa di sini? Di mana ibumu? Mana Hyeji?"

Pada akhirnya, satu pertanyaan yang paling Seokjin hindari pun muncul. Diiringi pikiran kalut yang menggulung dalam batin pemuda itu, ia tak ingin Nyonya Song mengetahui semuanya; termasuk mengetahui bahwa semua perbuatan ini didalangi oleh sang ibu.

"Aku hanya ... Terjatuh, Nyonya, itu saja." Sembari terkekeh sumbang, Seokjin beralibi kembali.

Memiringkan pandangan, Nyonya Song justru tak percaya kendati Seokjin telah berusaha—terlihat dari bibirnya yang mengerucut samar. Hendak kembali bertanya sebelum Seokjin berhasil mengelak, "Terjatuh saat berlari, karena ... Ada anjing liar mengejar kami." Katanya sedikit tergugu, tak enak karena ini kali pertama ia berbohong pada Nyonya Song.

Jelas, Nyonya Song tak yakin dengan apa yang Seokjin layangkan. Tapi wanita hampir mendekati paruh baya itu hanya bisa menelan pertanyaan lainnya bulat-bulat. Ia paham betul, ada yang tak beres dengan keluarga Min—terutama hubungan antara sang ibu dan anak. Ada kondisi yang tak dapat Seokjin jelaskan, ada sebuah simpul kusut di antara hubungan mereka. Namun, rasa khawatir akan kondisi Seokjin dan Yoongi lebih penting saat ini, Nyonya Song tak bisa membiarkan mereka terdiam di udara kota yang tengah membeku.

BERILIUMWhere stories live. Discover now