Kesalahan Pertama.

2.2K 313 94
                                    

Lets start!

_____________

🎈

Yoongi mengaduh.

Merasakan sakit di leher tatkala ia terbangun di tempat yang bukan seharusnya—meja belajar.

Manik minimalis yang ia miliki berusaha dibuka dengan lebar; kening berkerut, dan lenguhan yang cukup nyaring. Kemudian melihat benda bulat yang terdapat di rak meja belajarnya.

Oh, tidak.

Tak butuh waktu lama 'tuk menyadari, ia kini langkas membawa handuk dan menghamburkan diri ke dalam kamar mandi.











🎈

"Ini hampir jam tujuh ... Dia kemana?" Yoongi bermonolog sembari mengaitkan kancing di pergelangan tangannya.

"Hyung?!"

Tak ada sahutan.

"Jin-Hyung!"

Sepersekon kemudian, ia kembali menaiki lantai dua dengan sebuah decakkan di lidah dan derap kaki yang tegas.

"Jin-hyung?" Ia mengetuk pintu dengan tangan terkepal, memanggil Seokjin yang 'tuk pertama kalinya bangun terlambat.

"Kau tidak sekolah? Mengapa diam saja?" Yoongi masih terdiam di depan pintu.

Cukup pegal ia menunggu jawaban, Yoongi pun berinisiatif 'tuk menggerakkan gagang pintu—mengecek dikunci atau tidak.

"Eh? Terbuka?"

Hal aneh memang, biasanya Seokjin selalu menutup pintu rapat-rapat. Terlebih ketika ia sedang tertidur, namun 'tuk pagi hari ini ia teledor dan alhasil membuat dahi Yoongi berkedut.

Netra Yoongi melihat seseorang yang tengah bergelung dengan selimut abu tebalnya. Nyaris seperti kepompong, hanya saja ini sepuluh kali lebih besar—Yoongi.

Ia mendekati kepompong raksasa secara perlahan, kemudian satu sentuhan Yoongi lakukan. Apakah si kepompong akan berubah menjadi kupu-kupu bila disentuh?

Jelas, ia tak berubah. Dan Yoongi harus menghentikan halusinasi kecilnya dengan segera. Menerima kenyataan bahwa yang berada di depan bukanlah kepompong sama sekali. Dia hanyalah sang kakak, Seokjin.

"Hyung?" Satu kalimat ia lontarkan.

Tidak.

Seokjin bergeming sama sekali.

"Hyung? Kau baik-baik saja?" Ia memiringkan pandangan, menelisik paras Seokjin yang nyaris ditutupi kain itu.

'Alisnya menekuk, napasnya juga terdengar berat.'

Analisa Yoongi berkata demikian.

"Jin-hyung ... Kau sakit ya?" Ia semakin mendekat kemudian mengguncang tubuh Seokjin secara perlahan.

Tak butuh waktu lama, Seokjin membuka maniknya secara perlahan.

"Sekolah tidak?" Tanya Yoongi.

Seokjin tak bisa merasakan tubuhnya saat ini, masih dengan alis yang ditekuk, ia membuka mulut.

"Ini ... Sudah pagi? Jam berapa?" Suaranya parau, sangat parau. Agak sedikit teredam karena selimut yang menutupi, namun telinga Yoongi dapat jelas mendengar.

"Hampir jam tujuh." Jawab Yoongi.

Napas Seokjin tercekat, ia melebarkan mata seraya bergerak dari posisi asal, diiringi dengan kepala yang berdenyut kian kentara.

BERILIUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang