Praduga.

1.1K 187 49
                                    

🎈

"Jin, ceritakan padaku jika ada hal yang mengganggumu. Ya? Ibu akan senang mendengarnya."

"Datanglah padaku kapanpun kau mau. Pintu rumah ini akan selalu terbuka untukmu dan Yoongi."

Kata-kata itu masih terekam jelas di benak Seokjin.

Nyonya Song berpesan demikian. Di pagi hari, di ambang pintu, setelah mereka bermalam di rumahnya dan hendak pamit pulang.

Ia sempat memaksa 'tuk ikut mengantar, tapi Seokjin dan Yoongi menolak halus niat baik Nyonya Song; dengan alasan Min Hyeji tak ada di rumah karena pergi kerja.

Alhasil, Nyonya Song akan berkunjung esok, melepas rindu dan ingin mengobrol pada Min Hyeji katanya.

'Tidak akan terjadi apa-apa bukan?'

'Ya, mereka akan baik-baik saja dan sebaiknya aku memberi tahu ibu.'

Sementara ia berkutat dengan pikirannya sendiri-bukan pada tugas sekolah sembari menyentuh plester luka yang masih melekat, seseorang tengah terdiam di pintu, mengetuk perlahan meski kamar Seokjin tidak tertutup sepenuhnya.

"Kau sedang sibuk?"

Sedikit terkejut dengan suara Yoongi, ia hanya bisa menjawab dengan gelengan pelan kemudian berkata, "Tidak. Ada apa?"

Yoongi menghampiri Seokjin yang tengah mencoba fokus pada buku pelajaran di kamar. Kemudian ia menunjukkan benda yang akhir-akhir ini mengganggu pikirannya. "Aku ingin bertanya padamu mengenai ini, hyung."

Ia menunjukkan sebuah kalung.

Meletakkan pensil, ia mengalihkan sejenak atensi pada Yoongi, mendesah pendek sebelum berkata, "Kalung yang kau temukan di halaman? Mana coba kulihat." Sepasang netra itu pun memerhatikan tangan Yoongi tengah menggenggam benda yang dibicarakan.

"Kalung dari panti asuhan?" Sepersekon kemudian, Seokjin bersuara.

"Mana kutahu." Cebik Yoongi dengan wajah masam.

"Bukan begitu. Dasar. Aku hanya memastikan." Katanya.

"Yasudah cepat pastikan kalau begitu. Aku ingin segera pergi."

"Ke mana?"

"Toserba."

Sedikit mengerling dengan kedua alis tertekuk, Seokjin menggerutu setelahnya. "Kau ini. Mau mendengar penjelasanku tidak sih? Katanya bilang padaku sibuk atau tidak. Tapi malah kau sendiri yang cepat-cepat ingin pergi."

Sementara itu orang yang disindir hanya terdiam, raut wajahnya terlihat kesal. "Soalnya, kau menyebalkan. Hyung."

Seokjin akhirnya terkekeh, kemudian menghabiskan setidaknya lima menit untuk 'menganalisa' benda itu-menatap lamat-lamat, pun bergumam pelan.

"Iya ... Tidak salah lagi. Ini kalung panti." Seokjin menyimpulkan.

Yoongi pun sedikit terlonjak-terlihat dari mata yang membesar pun bahu terangkat. "Ma-maksudmu, si penguntit yang selalu berada di rumah ini adalah salah satu orang dari panti asuhan tempat tinggalmu dulu?" Ia bertanya tanpa kata jeda. Disusul oleh anggukan Seokjin meski terlihat samar-Seokjin tak menyangka akan hal itu.

"Astaga. I-ini mengerikan. Tidak mungkin 'kan?" Yoongi bangkit, merasa gelisah dengan si penguntit keluarga Min.

Sementara Seokjin hanya terdiam, mencoba mengingat siapa pemilik kalung itu meski hanya sedikit. Ia takut apa yang ia curigai kini benar adanya.

"Hyung. A-aku, mengetahui sesuatu."

"A-apa?"

"Hoseok tak terlihat memakai kalung akhir-akhir ini."

BERILIUMWhere stories live. Discover now