Bab 10

7.2K 365 3
                                    

Rule 10 :

Love is powerful for it can either make us strong or weak.

Adwa kalut.  Jam tangan dipandang untuk sekian kalinya.  10 minit lambat.

"Matilah aku.  Aku janji kat Doktor pukul 10. Sekarang dah 10.10 minit, " gumamnya.  Adwa mempercepatkan langkah.  Risau kalau-kalau tidak sempat nak consult dengan Doktor Aidil.

Tiba di pintu depan bilik Doktor Aidil, Adwa berhenti untuk menarik nafas. Dia menarik dan menghembus nafas berkali-kali sebelum mengetuk pintu dan memberi salam.

"Masuk, " laung Doktor Aidil dari dalam.  Adwa terus masuk.

"Adwa,  you are 10 minutes late, " kata Doktor Aidil sebelum sebaik mengangkat wajah dari kertas yang bertimbun di atas meja.

"Sorry Doktor, " Adwa mempamerkan riak bersalah.

"It's okay.  You may seat, " pelawa Doktor Aidil dengan senyuman kecil di bibir.  Adwa terus duduk dan mengeluarkan bahan-bahan kerja yang ingin ditunjukkan kepada pensyarahnya.  Adwa menerangkan dari A-Z dan sesekali D. Aidil akan membetulkannya.

"Thank you for your time Doktor, " ujar Adwa kembali memasukkan buku dan kertasnya ke dalam beg. 

"Anytime,  my pleasure," balas D. Aidil.  Mujurlah dr. Aidil seorang yang sangat supportive dan selalu menolong student.  Mungkin umurnya yang masih muda membuatkan dia lebih mesra dengan pelajar-pelajarnya.

"Nice ring, " Dr. Aidil tiba-tiba mengomen.  Matanya tertumpu pada cincin yang terletak elok di jari manisnya.  Adwa mengerut dahi. Her eyes follow Dr. Aidil gaze. Oh. 

"Ummi bagi," Adwa menarik tangannya dari pandangan Dr. Aidil.  Good job!  Quit thinking!  Adwa puji diri sendiri. Dr. Aidil hanya mengangguk.

"Sebelum I lupa,  can you do me a favor Adwa? " Dr.  Aidil bertanya sebelum mengeluarkan sekeping kad daripada laci mejanya.

"Sure, "

"Confirmkan dengan restaurant ni tentang event class this weekend, "

"Baik doktor, "

"Aidil! "

Adwa dan dr. Aidil berpaling ke arah tetamu yang baru muncul.  Adwa mengerutkan dahi.  Aidil?  Siapa yang sesuka hati panggil pensyarah dengan gelaran nama sahaja. 

Mata Aakiff sedikit meluas melihat Adwa.

"Doktor,  I see that you are a bit occupied there, " ujar Aakiff. Wajahnya menunjukkan sedikit riak menyampah.

"Aakiff.  I dengan Adwa baru habis berbincang.  You may come, " kata Dr.  Aidil dengan satu senyuman hinggap di bibirnya.

Aakiff melangkah masuk.

"Doktor, saya minta diri dulu.  Thanks again, " Adwa terus bangun tanpa menyapa Aakiff. 

"Most welcome, "

Adwa dengan perlahan-lahan menutup pintu.  Namun sebelum pintu tertutup rapat, dia sempat mencuri dengar beberapa ayat.

"What was that? " suara Aakiff serius.  Adwa mengerutkan dahi. Itu bukan nada yang sepatutnya digunakan kepada pensyarah.

"We need to talk, " Aakiff bersuara lagi. Suaranya serius, dingin dan tegas.

Itu sahaja yang sempat didengarkan oleh Adwa.  Lagilah mengundang perasaan pelik dan hairan dalam diri. Persoalan demi persoalan timbul. Siapa sebenarnya kau Aakiff Muhammad?  Hampir 3 tahun lebih Adwa kenal Aakiff.  Ini kali pertama Adwa rasa Aakiff betul-betul lain.  Mungkin ini kali pertama dia kisah tentang Aakiff.

Mine (Always & Forever) ✔️ CompletedWhere stories live. Discover now