5. Kenangan

Mulai dari awal
                                    

***

Setelah ritual mandi nya selesai, Key duduk di kursi di depan meja belajarnya. Meraih benda pipih miliknya yang tergeletak diatas meja itu.

Key mengotak-atik segala sesuatu dari benda pipih itu. Ah, semua Nampak membosankan.

Key kembali meletakkan ponselnya di atas meja. Lalu tak sengaja tangan Key menyenggol sebuah kotak.

Key meraih kotak tersebut. Kotak berwarna abu-abu itu kini dipegang oleh Key. Ya, Key ingat betul kotak miliknya itu dan siapa pemberinta.

Kotak itu adalah pemberian Darrel di ulang tahun Key tahun lalu, kotak yang isinya sangat berarti bagi Key.

Key membuka kotak tersebut. Isinya masih utuh,bahkan kalung pemberian Darrel tidak ia kenakan karena takut kalau hilang.

Di dalam kotak tersebut berisi secarik kertas berisikan pesan-pesan Darrel yang ditulis Darrel semdiri dengan judul “Wejangan Untuk Calon Makmum” Key tersenyum membuka kertas itu dan membaca judulnya lalu menutupnya lagi.

Tangan Key meraih sebuah benda lagi yang ada di dalamnya. Sebuah kalung berliontin bulan sabit  pastinya. Kalung yang di beli Darrel bersama Zahra di salah satu toko perhiasan di sebuah mall ternama, yang saat itu Key juga berada disana sampai terjadi  kesalah pahaman.

Key kembali meletakkan kalung tersebut kedalam kotak. Key merasa bodoh saat itu, saat bagaimana ia marah saat mengira kalau Darrel memiliki hubbungan khusus dengan Zahra. Walaupun sebenarnya memang, karena Zahra adalah sepupunya Darrel.

Key meraih benda berikutnya. Sebuah benda yang bisa di bilang sangat bersejarah. Benda tersebut ada saat pertama kali Key masuk kedalam kehidupan dan alur cerita Darrel. Apalagi kalau bukan sebuah plester yang di yang sudah di laminating.

Key meraih benda kecil itu, secarik notes kecil tertinggal disana yang bertuliskan;

“Besok kalau ketemu, kasih ke aku lagi. Ini niatnya aku mau pamer aja kalau aku punya cewek yang perhatian. Jangan lama lihatinnya, lihatin yang punya aja biar ada sensasi yang berbeda.”

Key senyam-senyum sendiri membacanya lalu mengemas kembali kotak tersebut. Sebenarnya masih ada satu kotak lagi yang berisikan sebuah handycam dan beberapa lembar foto.

Key menghela napas. Hal-hal aneh seperti itulah yang tidak bisa Key dapatkan di orang lain.

Key memutuskan untuk tidur cepat malam ini. Seperti kata orang-orang, pura-pura bahagia itu butuh tenaga yang extra.

***

Key sudah bangun sejak adzan subuh tadi. Sekarangpun, jam masih menunjukkan pukul 06.00 Key sudah selesai mandi dan berada di dapur membantu Bi Ina memasak untuk sarapan.

Nayla baru saja bangun dan kini berjalan menuruni tangga dengan penampilan acak-acakan dan masih mengenakan piyama.

Nayla langsung duduk di kursi di ruang makan. “Kakak ngapain sih jam segini udah mandi? Kan hari ini hari Minggu.” Tanya Nayla.

“Emang kamu, kalau libur nggak pernah mandi.” Jawab Key saat meletakkan beberapa lauk diatas meja.

Nayla tidak menggubris ejekan kakak nya.  Ia lebih tertarik untuk segera menyomot tempe goreng yang baru saja di letakkan Key diatas meja.

Tangan Nayla terulur untuk segera menyerbu tempe tersebut. Namun saying, belum sampai tangan Nayla menyentuh tempe tersebut, tangan Key lebih dulu menggeplak tangan Nayla.

“Cuci tangan sama gosok gigi dulu sana! Jorok banget sih. Gitu kok katanya mau jadi pemusik terkenal.” Ketus Key.

Nayla mengusap punggung tangannya yang di geplak Key tadi. “Galak banget sih.” Gumam Nayla kesal lalu melenggang pergi untuk cuci tangan dan gosok gigi. Mungkin nanggung, ia juga mau mandi sekalian.

Saat Nayla melangkah naik keatas, kedua orang tua Key turun kebawah.

“Kenapa Nayla?” Tanya Vito saat sudah duduk.

“Key suruh cuci tangan sama gosok gigi dulu baru sarapan, Pa.” jawab Key lalu ikut duduk di depan orang tuanya.

Vito menggeleng pelan. “Gimana Key, persiapan ujiannya?” tanyaa Vito.

“Ya gitu, Pa. Key udah pinjam beberapa buku di perpustakaan juga. Nanti tinggal di pelajari.” Jelas Key.

“Untuk kuliahnya, beneran nggak mau ke London aja? Di sana kana da Om Rendy, jadi aman.” Tanya Vito lagi.

Key diam, lalu mengalihkan pandangannya pada Raina yang baru saja meletakkan nasi di atas meja.

Raina mengulas senyum. Ia sangat paham apa yang di maksud putrinya itu.

Raina duduk di samping Vito. “Sudah-sudah, itu Nayla sudah turun. Kita sarapan dulu.” Ucap Rania saat melihat Nayla sudah turun menuju meja makan.

***

“Papa ke kantor dulu sebentar, nanti baru kita pergi jenguk nenek. Oke?” ucap Vito saat sudah berada di depan rumah bersama Raina, Key dan Nayla.

“Sama beli gitar baru?” sambung Nayla.

Vito tertawa pelan lalu mengangguk. “Iya.”

“Yasudah Papa berangkat ya, keburu telat.”

Mereka bertiaga mengangguk lalu satu per satu mencium punggung tangan Vito.

Saat mobil Vito sudah melaju, Nayla langsung masuk kedalam rumah. Sedangkan Key dan raina masih diam di tempat yang sama.

Raina mengulas senyum lalu mengusap pelan rambut Key.

Key menatap Raina sendu.

“Papa bukan maksa kamu buat kuliah di sana. Kamu bebas nentuin pilihan kamu.” Ucap Raina menjelaskan.


Bersambung.....

Haii!!!! Balik lagi nih. Maaf banget lama update karena banyak tugas banget di sekolah;(

Jangan lupa kasih bintang sama komen yang banyak ya guys biar aku semangat lanjutinnya!

Oh iya follow instagramku yah!
_pramestiregitaa
Nanti ada kejutan-kejutan menarik aku share disana ya!!!

See u!

Ini Key:

Ini Key:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My KeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang