24. Sisi Rapuh Bagas

1.2K 95 14
                                    

"Ibu ini siapa?" Tanya Alea.

Bukannya menjawab justru Arisa tengah mengusap ujung ekor matanya yang basah, Alea yang melihatnya langsung heran.

Kenapa ibu ini menangis? Batin Alea.

"Bu, ibu enggak papa?" Tanya Alea memastikan wanita didepannya baik-baik saja.

"Eh iya ibu enggak papa, gimana keadaan kamu udah baikan?" Tanya Arisa balik tak lupa melempar senyum walaupun wajah Arisa terlihat pucat, namun tak melunturkan kecantikannya.

"Iya bu udah baikan kok Alea, ibu ini siapa?" Alea mengulang kembali pertanyaan sebelumnya, Arisa nampak berpikir sebelum menjawab, entah apa yang dipikirkannya Alea pun tak tahu.

"Saya Arisa, panggil aja ibu, kalo bisa ibu Arisa enggak pake 'n nanti jadi Arisan," jawab Arisa mencairkan suasana, membuat Alea tertawa.

Ibu ini lucu, batin Alea tersenyum.

"Kok saya ada disini bu?" Tanya Alea lagi, yang tak mengingat apapun yang terjadi beberapa jam lalu.

Belum sempat Arisa menjawab, seseorang dari arah belakang berbicara, "lo di rumah gue," ucap Bagas yang tengah memakai hoodienya.

Hah dirumah bagas? Sejak kapan? Kok bisa? Terus ibu Arisa ini ibunya bagas gitu? Duh kok malah ketemu camer si ... Eh apaansi lo le ngaco! Batin Alea bertanya-tanya.

Alea yang masih bingung hanya menganggukan kepalanya seakan mengerti. Alea duduk dengan Bagas disebelahnya, ia masih merasakan pusing dikepalanya, sedangkan Arisa pamit ke dapur. Untuk beberapa saat mereka berdua saling diam, tak ada yang mau memulai pembicaraan dahulu, hingga suara Alea memecahkan keheningan.

"Bagas, kenapa gue bisa dirumah lo?" Tanya Alea menatap wajah tampan Bagas, Bagas balik menatap manik mata Alea sebelum menjawab.

"Kenapa lo sampe mabuk?" Tanya Bagas seolah tak tahu apa masalah yang dihadapi Alea.

Alea mengerutkan keningnya mencoba mengingat, dan baru menyadari dirinya beberapa jam mabuk, "eh itu--" Belum menjawab ucapan Alea dipotong Bagas, "apa? Kenapa lo enggak cerita sama gue? Kenapa lo malah Minum-minuman?" Tanya Bagas bertubi-tubi yang tak mampu Alea jawab.

"Kenapa lea? Harusnya lo cerita ke gue, biar gue bisa bantu lo biar gue berguna buat lo, kalo gini caranya gue ngerasa gagal jadi seorang teman lo," ucap Bagas menggebu-gebu membuat Alea menatap lekat manik coklat Bagas, ada sebuah kekecewaan dan kekhawatiran.

Oh temen

"Maaf, gue enggak bisa ngontrol emosi gue," ucap Alea sembari menitihkan air mata, Bagas langsung membawa kepala Alea kedekapan dada bidangnya, dan mengusap pelan rambut Alea.

"Kalo lo ada masalah, lo bisa cerita sama gue, gue bakal lakuin apapun buat lo, gue tahu masalah lo dan gue bakal bantu lo nyelesain masalah lo."

"Makasih gas," ucap Alea dengan sesenggukan.

"Dan satu lagi, lo enggak boleh ke tempat terlarang itu lagi!" Tegas Bagas, membuat Alea melepas pelukan Bagas.

"Enggak janji," ujar Alea dengan cengiran khasnya, Bagas langsung menyerang Alea dengan menggelitiki pinggangnya, membuat Alea tertawa keras sambil guling-guling di sofa, Bagas pun ikut tersenyum melihat Alea tertawa lepas, bukan hanya mereka yang tersenyum dan tertawa bahagia, sedari tadi Arisa melihat kedekatan Alea dan Bagas pun tersenyum.

ABOUT ALEAWhere stories live. Discover now