36. Permintaan dan Pernyataan

1K 72 192
                                    

"Katakan, apa yang membuat kalian harus nutupin ini dari Aldi?"

Arjun memijat pelipisnya pelan, lalu mulai duduk di sofa, di ikuti Rasya yang memegangi bahu Aldi agar tenang dan didudukan nya Aldi di samping Arjun.

"Kami enggak mau kamu terbebani dengan mengingat kecelakaan itu," ujar Arjun.

Aldi mengerutkan dahinya, "maksud Ayah?"

"Kami beberapa kali membuat cara agar ingatan kamu pulih."

"Tapi ... Hal itu membuat kamu semakin tertekan, setiap kami menceritakan apa saja yang kamu lupa, kamu selalu mengeluh sakit kepala membuat kami semakin khawatir."

"Maka dari itu kami menyerah dan memberikanmu awal hidup baru, bahkan sampai kami pindah rumah lalu membiarkanmu lupa tentang ingatan dan sahabat kecilmu dulu."

Aldi berpikir sejenak, pernyataan dari Arjun cukup ia mengerti, keluarga nya sangat menyayangi Aldi sampai rela membiarkannya lupa ingatan agar Aldi tidak merasakan kesakitan, walaupun justru itu hal yang menyakitkan bagi Aldi.

Setelah mendengar itu tubuhnya merasa lemas, dan ingatannya kembali pada keadaan Alea.

"Kalo Aldi tahu ini dari dulu, mungkin Aldi akan terus jaga Alea."

Setelah mengucapkan itu, Aldi bangkit dari duduknya lalu melangkah menuju ke kamarnya, ia mengunci diri di kamar bernuansa abu - abu.

Pikirannya kembali pada cerita Bagas dan pengakuan Arjun, Aldi merasa di permainkan oleh takdirnya sendiri, lalu mulai tertawa hambar mengingat ia telah di bohongi oleh keluarganya sendiri.

Gadis yang selama ini Aldi paksa menjadi pacarnya dan juga yang selalu dibuat kesal olehnya, ternyata adalah teman masa kecilnya.

Sekeras apapun Aldi mengingat tentang masa lalu nya, tak sedikitpun serpihan kejadian masa lalu ia ingat, sampai ingin rasanya Aldi memukul kepalanya dengan kayu, agar ingatannya bisa kembali.

***

Dalam keramaian kantin, Aldi hanya diam dan terus mengaduk es nya tanpa berniat meminum nya, ke empat temannya menyadari ada yang berbeda dari tingkah Aldi akhir - akhir ini, dan mereka dapat menebak cowok itu tengah memikirkan keadaan Alea.

Diantara kelima cowok itu, juga ada Mora dan Nesya yang memilih duduk satu meja dengan mereka, karena tidak kebagian tempat duduk, sedangkan Karin dan Ully satu meja dengan Reza dan Bagas.

"Ingatlah wahai manusia, penyesalan itu datang di akhir, kalo awal namanya pendaftaran," ujar Leon tiba - tiba memecah keheningan, niatnya hanya ingin memancing Aldi, agar cowok itu berbicara, namun Aldi terus diam.

"Sok iye lo!" Bara menonyor kepala Leon.

"Gue benar kan?" Ujar Leon lagi.

"Mau ngomong sebenar apapun, lo tetap salah di mata kita - kita," timpal Erka dengan watadosnya.

"Susah emang minta pendapat sama titisan Fir'aun."

"Mulut lo!" Erka menendang kencang lutut Leon, membuat sang empu meringis kesakitan.

Mora sedari tadi fokus pada makanannya karena merasa Geral terus menatap terang - terangan kearahnya, namun sesekali Mora juga ikut curi pandang pada Geral, sedangkan Nesya asik menyimak pembicaraan ke tiga cowok yang sedari tadi berbicara.

ABOUT ALEAWhere stories live. Discover now